Proyek pembangkit sebesar 2 x 315 megawatt itu belum juga bisa beroperasi karena hingga kini masih dalam tahap percobaan alat-alat yang baru dipasang. "Coba-coba alatnya belum bisa clear betul sehingga kayaknya memang molor dari target," kata Manajer Sektor PLTU Sluke Slamet Riyanto, Rabu (28/4).
Slamet memperkirakan, pengoperasian PLTU Sluke kemungkinan baru bisa dilakukan mulai Juni mendatang. Saat itu, ditargetkan jaringan-jaringan dalam PLTU sudah bisa beroperasi penuh sehingga bisa untuk menyuplai energi listrik di Jawa-Bali yang saat ini masih kekurangan.
Slamet menyatakan lambatnya operasional PLTU Sluke disebabkan berbagai hal, seperti rumitnya pemasangan jaringan alat, molornya kedatangan material akibat ketidakpastian cuaca di laut, hingga adanya gempa.
Sekitar 45 persen komponen material, baik konstruksi dan mekanikal PLTU Sluke harus didatangkan dari Cina. Gempa yang terjadi di Provinsi Yunnan, China, Juli lalu, ikut mempengaruhi jadwal pengiriman komponen material.
Sebelumnya, pengelola PLTU Sluke menjadwalkan performance tes bisa dilakukan pada tanggal 13 April hingga 21 April 2010. Namun, uji coba tersebut molor akibat adanya berbagai kendala.
Dalam catatan Tempo, molornya operasional PLTU sudah terjadi beberapa kali. Awalnya, PLTU Sluke ditaregetkan bisa beroperasi mulai September 2009. Namun, target itu molor dan pengoperasian diundur Desember 2009. Belakangan, target Desember itu tidak bisa dicapai. Terakhir, diundur hingga akhir April. Tetapi target ini pun juga tidak bisa dicapai.
PLTU Sluke ini termasuk salah satu proyek pembangkit listrik berbahan bakar batu bara 10.000 megawatt milik PT. PLN. Letaknya berada di Kecamatan Sluke, sekitar 20 kilometer Timur Kota Rembang.
PLTU Rembang ini dikerjakan dengan perusahaan Malaysia, yaitu Zelan dan Tronoh yang bermitra dengan PT Priamanaya. Kontrak proyek ini ditandatangani pada 21 Maret 2007 dengan nilai kontrak sebesar 338,8 juta dolar AS dan Rp 2,474 triliun
ROFIUDDIN