TEMPO Interaktif, Sidoarjo - Siswa Madrasah Tsanawiyah Khalid Bin Walid Desa Glagaharum Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo menggelar ujian nasional di bekas toko bangunan, Senin (28/3). Mereka rela mengerjakan ujian dengan ruangan yang pengap, bau dan kotor bekas gudang toko bangunan tersebut karena tak memiliki gedung sekolah yang layak. "Gedung sekolah tenggelam akibat luapan lumpur Lapindo," kata Kepala Sekolah MTs Khalid Bin Walid Sri Retno.
Meski menggunakan ruangan bekas toko bangunan itu disulap menjadi ruang kelas para siswa tetap konsentrasi mengerjakan ujian. Sebanyak 35 siswa menggunakan meja dan kursi yang sederhana, sisa dari peralatan sekolah yang tenggelam akibat lumpur Lapindo. Namun, sejauh ini tak ada kejelasan dalam proses ganti rugi gedung sekolah tersebut.
Untuk itu, mereka meminta agar PT Minarak Lapindo Jaya mendirikan gedung bangunan sekolah yang layak. Agar para siswa bisa melaksanakan kegiatan belajar dengan fasilitas yang layak. Pantauan Tempo, ruangan kelas hanya beratap genteng tanpa plafon dengan dinding batu bata tanpa pelapis. Serta kondisi jendela dan pintu keropos, dengan beralas lantai semen.
Panitia Khusus Lumpur Lapindo Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasuruan menagih janji PT Minarak Lapindo Jaya untuk menyelesaikan dampak sosial yang ditimbulkan luapan lumpur Lapindo seperti membangun gedung sekolah. Ia berjanji akan segera memanggil pimpinan PT Minarak Lapindo Jaya untuk menyelesaikan segala tanggungjawabnya. Menurutnya, hak korban lumpur Lapindo harus segera dipenuhi demi menjamin hidup layak. "Banyak program dan pembangunan yang menjadi tanggungan PT Minarak Lapindo Jaya mandeg di tengah jalan," kata ketua Pansus Lumpur Lapindo, Sulkan Wariyono.
Pelaksanaan ujian nasional di Sidoarjo berjalan lancar. Kepala bidang pendidikan menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Ani Kadarwati tak menemukan indikasi kecurangan atau kebocoran soal. Tim pengawas diturunkan untuk memantau proses ujian nasional tersebut. "Para guru dan pengawas diambil sumpah agar jujur dalam melaksanakan ujian," katanya.
Jika ditemukan praktik kecurangan, Dinas Pendidikan akan menjatuhi hukuman berat. Sanksi tegas ini akan dijatuhkan bagi guru atau siswa yang nakal dan berbuat curang. Sedangkan bagi siswa yang sakit juga tetap menjalani ujian di rumah sakit atau unit kesehatan sekolah setempat. Ujian nasional Sekolah Menengah Pertama di Sidoarjo diikuti sebanyak 23.979 dan siswa Madrasah Tsanawiyah 4.977 siswa.
EKO WIDIANTO