Saat ini, kata Harris, seharusnya mahasiswa segera mengefektifkan dialog. Menurut dia, dari dialog itulah mahasiswa dapat menyimpulkan sendiri akar persoalan yang sekarang tengah terjadi. Dia menambahkan bahwa akar persoalan yang selama ini terjadi adalah kejahatan politik, kemanusiaan, dan ekonomi yang dilakukan oleh Orde Baru. “Kami yakin, mereka bisa bersatu, asal terlepas dari isu elite politik,” kata Harris.
Harris membantah bahwa pihaknya menjadi salah satu elemen mendukung Gus Dur. Dia mengatakan, selama ini PRD bersama organisasi-organisasi mahasiswa luar kampus lainnya sering melakukan aksi di Istana Presiden dengan tuntutan agar Gus Dur serius menuntaskan agenda reformasi. “Kalau Gus Dur tidak serius dalam membersihkan KKN, dan menuntaskan agenda reformasi, maka akan ditinggalkan oleh PRD dan organisasi pro demokrasi lainnya, “ jelas Harris.
Sementara itu, Ketua Eksekutif Mahasiswa IAIN Jakarta, Burhanuddin, mengatakan pesimis kalau gerakan mahasiswa dapat disatukan. Sebab, menurut dia, dalam sejarahnya mahasiswa dari dulu selalu terkelompok dan terpolarisasi. Mahasiswa, kata dia, memiliki banyak ide dalam melihat suatu masalah, dan ide-ide itu sulit untuk disatukan karena memang memiliki dasar yang kuat atas munculnya ide tersebut. “Seperti kami meminta Gus Dur mundur, karena kami menganggap dia sudah tidak pantas menjadi presiden karena keterlibatannya dalam kasus dana Bulog dan Brunei, jadi bagaiman dia mau memberantas KKN, kalau dia sendiri ikut KKN,” kata Burhanudin.
Pada kesempatan itu, Burhanuddin juga sepakat dengan apa yang menjadi tuntutan PRD mengenai pembubaran Golkar. Namun, dia menggaris bawahi bahwa Gus Dur sebagai presiden juga harus dikritik, bahkan dituntut untuk mundur dari jabatannya, jika sudah tidak dipercayai lagi oleh rakyat. (Nurakhmayani)