TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden, Boediono membela mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri era pemerintahan Soeharto, Widjojo Nitisastro soal tuduhan pemikirannya sebagai Berkeley Mafia. Barkeley Mafia adalah tuduhan atas pemikiran Widjojo yang dianggap sebagai bagian dari rencana CIA untuk membuat Indonesia sebagai boneka Amerika oleh seorang penulis muda Amerika Serikat.
"Tuduhan seperti itu tidak adil, penulis Amerika tidak pernah hidup dan mengerti kondisi yang ditimbulkan oleh ekonomi terpimpin," kata Boediono saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku Widjojo Nitisastro di Hotel Dharmawangsa, Kamis (14/1).
Perubahan yang didorong Widjojo dan timnya, kata Boediono, meninggalkan sistem ekonomi terpimpin yang semua usaha diambil alih negara. Saat itu, sistem ekonomi terpimpin justru membuat kemacetan, infesiensi dan korupsi.
"Pejabat yang tidak punya pengalaman akibatnya negara gagal dalam menciptakan ekonomi tumbuh, bahkan benih korupsi yang endemik meluas dan masih ada saat ini," katanya. Widjojo meninggalkan ekonomi terpimpin itu dengan menganti membuka peluang bagi pasar tapi ada unsur pengendalian oleh negara. Pertumbuhan ekonomi rata-rata tujuh persen per tahun selama lebih 30 tahun. "Apa yang terjadi pararel dengan Cina dan Vietnam yg meninggalkan sistem komunis. Ini kombinasi antara perencanaan negara dan pasar," ujarnya.
Menurut dia, kesan adanya pengaruh Amerika pada pemikiran mahasiswa yang belajar di University of California at Berkeley, Amerika karena mendapat beasiswa dari Amerika. "Seandainya dia (penulis) menuliskannya sekarang, menyaksikan perubahan di negeri ini, mungkin dia akan lebih memahami kebijakan ekonomi baru pak Widjojo dan tim nya," katanya.
Padahal, kata Boediono, pemikiran Widjojo tidak jauh berbeda dari pandangan pendiri bangsa yang bercita-cita mempertemukan keadilan dengan kemakmuran, dan pemerataan dengan pertumbuhan. "Kebijakan itu lahir dari sejarah Indonesia dan lahir dari pengalaman kita sendiri," ujarnya. "Bukan gagasan yang dicangkok dari luar."
Boediono juga mengapresiasi Widjojo. "Dari beliau saya belajar, seorang pemimpin siap dikritik dan dicerca terus bekerja, terutama kalau pemimpin tidak mengambil keuntungan dari kebijakannya," katanya. Terutama, kata dia, Widjojo benar-benar bekerja untuk kebaikan tanah air. "Seorang patriot adalah seorang yang memberikan penuh ikhlas pada bangsanya. Bagi saya pak Widjojo adalah patriot sejati."
EKO ARI WIBOWO