"Tadi malam di Ciganjur, ada tiga opsi yang sempat mengemuka," kata Juru Bicara PKB Kubu Gus Dur melalui pesan singkatnya. Selasa (12/1).
Ketiga itu yakni, bergabung dengan kubu Muhaimin, tetap berjuang berebut pengakuan PKB, dan membuat 'kendaraan' baru untuk menampung massa pro Gus Dur. "Rapat mempertimbangkan opsi ketiga, karena paling sedikit mudharatnya," ujarnya.
Dengan banyaknya dukungan, yakni lebih dari 100 kiai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, dan Indonesia Timur, PKB Kubu Gus Dur didesak untuk segera mendeklarasikan opsi itu. "Rapat memutuskan membentuk tim kecil setelah peringatan 40 hari wafatnya Gus Dur, guna mempersiapkan hal-hal teknis menyangkut deklarasi tersebut," paparnya.
Soal surat dari dua pendiri PKB yang menginginkan adanya rekonsiliasi (islah), kubu Gus Dur berharap surat itu tidak disalah gunakan oleh Wakil Ketua Dewan Syuro PKB, Lily Chadijah Wahid.
"PKB Gus Dur berharap surat itu tidak disalahgunakan untuk kepentingan sempit," kata Juru Bicara PKB Kubu Gus Dur, Imron Rosyadi Hamid melalui pesan singkatnya. Selasa (12/1). Menurutnya semua tahu bahwa Lily dan Lukman Edy merupakan bagian yang tengah berkonflik dengan Muhaimin Iskandar.
Namun, PKB Kubu Gus Dur menghargai dan menghormati surat tersebut sebagai bagian dari keprihatinan terhadap kondisi PKB. "Kami khusnudzan (berprasangka baik)," ujarnya.
Pada Ahad (10/1) lalu, saat jumpa pers di Kantor PKB Jalan SUkabumi 23 Menteng Jakarta, Lily menunjukkan surat dari pendiri PKB, Musthofa Bisri atau Gus Mus dan Muchid Muzadi yang menjelaskan perlunya islah di tubuh PKB.
Imron pun meminta semua pihak bersikap adil dalam menilai surat dari dua pendiri PKB itu agar warga PKB tidak bingung lagi dengan manuver politik Muhaimin dan Lukman Edy.
"Bahwa Muhimin dan Lukman Edy juga entitas utama yang mendesain Muktamar Ancol, yang mengakibatkan Gus Dur dipinggirkan secara sistematis dalam pusaran politik PKB," tukasnya.
SHOLLA TAUFIQ