TEMPO Interaktif, Kudus - Para petani di Kabupaten Kudus, Pati dan Grobogan sudah panen padinya. Harganya pun membaik, dibandingkan tahun lalu. Seperti yang terjadi di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, para petani yang kebanyakan menjual ‘tebasan’ masih di tengah sawah, dihargai cukup tinggi, di atas ketentuan harga patokan pemerintah yang baru, yakni Rp 2.850 per kilogram.
Ketentuan HPP yang berlaku 1 Januari 2010 untuk beras kering panen Rp 2.640 per kg, gabah kering giling Rp 3.300 per kg dan harga beras setor ke Bulog Rp 5.060 per kg. “Kami menjualnya Rp 20 juta untuk satu hektare,” ucap Kaspono, petani Undaan Tengah, Kecamatan Undaan Kudus, dihubungi (12/1). Harga tahun silam, hanya berkisar Rp 14 juta per hektare.
Hasil panennya juga lebih baik, yang dulu hanya enam ton, sekarang naik menjadi delapan ton. Naiknya harga gabah kering panen, kata Sukardi, petani asal Desa Medini, Kecamatan Undaan, juga dipengaruhi permintaan beras luar kota cukup tinggi, terutama dari Jawa Barat dan Jakarta. “Tiap hari order pesanan 50 ton dari Jakarta dan Jawa Barat,” ucap Yudho Prasetyo, pengusaha penggilingan Desa Wates, Kecamatan Undaan Kudus. Padahal, di Undaan areal tanaman padi sekitar 6.000 hektare, dan baru 30 persennya panen.
Panen padi juga dialami petani di Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, wilayah yang perbatasan dengan Kecamatan Undaan, Kudus. Mereka mampu melepas gabah kering panen (GKP ) Rp 2.900 per kilogram, padahal HPP yang mulai berlaku per awal Januari 2010 ditetapkan Rp 2.640 per kilogram. “Saya lebih suka jual dengan tebasan, pembeli potong padi sendiri di sawah,” ucap Sutopo, asal Desa Kradenan, Kecamatan Klambu, Grobogan.
Belum seluruh tanaman padi di Kecamatan Klambu dipanen. “Baru sekitar 30 persen dari luasan sekitar 8.000 hektare,” ujar Suradi, petani asal Desa Kradenan, Kecamatan Klambu, Kab Grobogan. Menurut Suradi, naiknya harga gabah disebabkan panen masih terbatas, sementara permintaan dari luar kota besar.Selain itu, kata Suradi, kadar air hasil panen relatif bagus karena hujan masih jarang. “Gabah hasil panen begitu dijemur tiga hari, langsung bisa diselep,” ujar Mahmudi, asal Desa Ngaringan, Grobogan. Panen raya diperkirakan terjadi pada pertengahan pertengahan Januari hingga Pebruari mendatang.
Sementara, di Desa Kosekan dan Desa Tanjang, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati juga memilih panen lebih awal karena lahan sawah di wilayah itu sudah mulai kebanjiran air setinggi sekitar 30 cm akibat luapan Sungai Juwana. Padahal, umur tanaman padi milik mereka masih berkisar 50-80 hari. “Daripada mati, lebih baik saya panen awal karena harga beras lagi baik, “ ucap Kurdi, petani asal Desa Kosekan, Kec. Gabus, Pati. Dari luas tanaman satu hectare, Kurdi hanya bisa memetik panen tiga ton, dan gabah tersebut segera dilepas dengan harga Rp 2.600 per kilogram.
BANDELAN