TEMPO Interaktif, Bangkalan - Setiap pagi, sebelum berangkat ke sawah, perempuan itu tak lupa mengambil panci isi nasi basi di dapur. Lalu ditumpahkannya ke atas bedeng dan ditaruh di atap dapur, dijemur sepanjang hari. "Nasi basi ini dijemur sampai kering, sampai hilang baunya," kata Mariam, 40 tahun, warga Desa Jaddih, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Perlakuan istimewa terhadap nasi basi itu memang agak ganjil di masyarakat. kebanyakan orang akan membuang nasi basi ke selokan. Tapi, bagi Mariam, nasi basi itu bisa mendatangkan uang, walau hanya cukup beli ikan. "Kalau bisa dijadikan uang, ngapain dibuang," ujar perempaun beranak dua ini.
Nasi basi yang sudah mengering dan tidak berbau akan disimpan dalam karung. Setelah penuh akan dibawa kepasar untuk dijual kepada pengepul tiap dua pekan. Per kilogram dihargai Rp 2.500. Sekali jual, Mariam bisa mengantongi uang sebesar Rp 50 ribu.
Bagi petani seperti Mariam bisa mengantongi uang dalam jumlah cukup besar hanya saat musim panen. Uang Rp 50 ribu itu sangat membantu meringankan keuangan keluarga dan menjaga asap dapurnya tetap ngebul karena beras tinggal ambil di gudang, sayur tinggal metik di sawah, jadi hanya belanja lauk pauk.
Bila lagi mujur, ia bisa menjual nasi basi hampir tiap pekan karena banyak tetangga yang memberikan sisa nasi di rumah mereka. "Kalau rajin menabung bisa bantu biaya kuliah anak," tutur Mariam.
Lalu untuk apa nasi basi kering itu? Homriyah, penjual nasi basi lainnya mengatakan oleh pengepul biasanya dijual kembali kepada peternakan bebek sebagai pakan.
Kabupaten Bangkalan, kata dia, berbeda dengan dua kabupaten lain di Madura yaitu Pamekasan dan Sumenep yang warganya jarang mengkonsumsi bebek.
Menurut Homriyah, warga Bangkalan pengkonsumsi bebek terbesar di Madura termasuk di Kabupaten Sampang. Hampir setiap warung nasi menawarkan menu serba bebek. Bahkan muncul istilah, ikan bebek jauh lebih mewah dibanding daging ayam dan sapi.
"Jadi nasi basi masih akan dibutuhkan, bisa jadi penghasilan sampingan," terangnya.
Perlakuan istimewa lain terhadap nasi basi, juga dilakukan Misrani, warga Desa Jatian, Kabupaten Sumenep. Ditangan perempuan berusia 60 tahun ini, nasi basi bisa diolah menjadi makanan ringan enak yang digemari anak-anak sekolah.
Sama dengan Mariam, nasi basi dikeringkan dahulu, kemudian setelah hilang baunya digoreng dan diberi bumbu penyedap. Orang Madura biasa menyebutnya karak. setelah masak, karak dikemas dengan plastik es dalam ukuran kecil dan dijual seharga Rp 500 per bungkus. "Sehari saya bisa habiskan tiga kilo nasi basi," kata Misrani.
Ia mengaku bisnisnya terkendala sulitnya menemukan bahan baku. Jika bahan sedikit nasi basi karak itu untuk dikonsumsi sendiri. "Eman (sayang) kalau dibuang, nasi basi kalau diolah bisa jadi makanan enak," tuturnya kemudian tersenyum.
MUSTHOFA BISRI