Sebagaimana diketahui, usai silaturahmi dengan Presiden Megawati Soekarnoputri di Istana Negara Minggu (16/12), Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen TNI (Pur) Hendropriyono, memperjelas pernyataan dirinya mengenai temuan intelijen soal konflik di Poso, Sulawesi Tengah. Dan dalam kesempatan itu dia juga menyatakan bahwa Laskar Jihad tidak punya kaitan dengan Al-Qaidah. Alasannya, sejauh ini Laskar Jihad maupun Ketua Dewan Pembina DPP Forum Komunikasi Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Jafar Umar Thalib, dinilai tidak cocok dengan jaringan Al-Qaidah.
Ja’far menambahkan, bantahan tentang keterlibatan Laskar Jihad dengan jaringan al-Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin merupakan pelajaran bagi para pejabat negara agar berhati-hati dalam memberikan suatu pernyataan. “Hendaknya Pak Hendropriyono mempunyai sikap kehati-hatian dalam memberikan statement setingkat menteri. Apalagi standar intelejen negara,” tambahnya.
Data intelejen dimata Panglima Laskar Jihad ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda dalam kualitas kebenarannya. Pengklasifikasian data intelejen tersebut perlu dipahami, sehingga dapat membedakan data mana yang benar-benar data intelejen dan data mana yang hanya mempunyai muatan politis. “Data intelejen itu juga termasuk data yang disebarkan oleh CIA maupun FBI. Itu saya lihat nilainya bukan data intelejen. Isinya gosip ibu-ibu PKK saja. Sebaiknya memang data intelejen itu hanya untuk kalangan sendiri saja, sampai betul-betul sebagai data kongkrit dilapangan. Baru statement kepada publik dapat diberikan. Insyaallah ini pelajaran bagi semua pihak, ” katanya sambil tertawa.
Ja’far kembali menegaskan bahwa sejak berdiri sampai dengan sekarang, Laskar Jihad mempunyai prinsip yang berseberangan dengan organisasi Al-Qaidah. “Sejak semula ketika Hendropriyono memberikan statement, kita yakin itu bukan ditujukan kepada Laskar Jihad. Tapi memang ada pihak-pihak tertentu yang menggiring kepada opini bahwa ini yang dimaksud adalah Laskar Jihad,” jelasnya. (Dicki Subhan)