TEMPO Interaktif, Pekalongan - Pemerintah Kota Pekalongan mengusulkan kepada lembaga PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Unesco, agar menetapkan tanggal 2 Oktober mendatang sebagai Hari Batik Dunia.
"Langkah ini sengaja kami usulkan seiring dengan pengakuan Unesco pada tanggal 2 Oktober besok yang menjadikan batik Pekalongan sebagai produk budaya," ujar Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Pekalongan, Maryati, saat dihubungi, Selasa (29/9).
Menurut Maryati, usulan itu mendapatkan dukungan dari seluruh warga. Hal ini dibuktikan dengan antusias warga saat mempersiapkan penetapan dari Unesco pada tanggal 2 Oktober mendatang.
"Sejumlah warga dari seniman hingga pengusaha batik menyetujui usulan tersebut. Mereka menyampaikan dukungan langsung melalui pak Wali Kota," ujar Maryati.
Pengakuan batik oleh Unesco sendiri, menurut Maryati, menjadi kebanggan warga Pekalongan yang selama ini tak asing dengan dunia batik. Ia mengakui langkah Unesco yang mengakui batik Pekalongan merupakan motivasi tersendiri bagi warga Pekalongan di tengah klaim budaya dari negera lain.
Haris Haryadi, pengusaha batik Pekalongan yang selama ini menggunakan media kertas dari sisa pembungkus semen, menyambut pengakuan Unesco dengan pementasan kesenian daerah. "Itu kami laksanakan pada tanggal 2 Oktober di Mega Centre Pekalongan mendatang," ujar Haris.
Ia mengakui pementasan seni ini sebagai ungkapan kebahagian sejumlah pengusaha dan seniman Pekalongan atas pengakuan Unesco. Ia menilai pengakuan batik Pekalongan mampu menambah khasanah produk kebudayaan di dunia. "Karena batik Pekalongan salah satu bukti nilai peradaban di Jawa," ujar Haris.
Menurut Haris, di Kota Pekalongan sendiri terdapat ribuan pengusaha dan perajin batik yang kreatif dalam menungkan ide dalam motif yang mereka kembangkan. "Ini sebagai bukti karya batik Pekalongan bukan sebagai jiplakan, tapi muncul atas ide warganya," katanya.
EDI FAISOL