"Pemerintah akan mulai investasi pembangunan pabrik gula baru melalui dana pemerintah multi years," kata Bayu seusai mengikuti rapat koordinasi mengenai gula di kantor Departemen Keuangan, Jakarta, Selasa (1/9).
Rapat itu dihadiri menteri-menteri terkait seperti Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil, Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Perekonomian Sri Mulyani.
Baca Juga:
Bayu menjelaskan, dana pembangunan pabrik akan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah akan mengalokasikan dana untuk pembangunan pabrik tersebut mulai 2010.
Pembangunan pabrik, lanjutnya, dimulai pada tahun depan. Lama pembangunan pabrik diperkirakan 18 bulan. Sehingga pada 2011 diperkirakan pabrik gula baru tersebut sudah bisa beroperasi. "Ini merupakan kebutuhan industri gula 2011-2014," ujar Bayu.
Pemerintah, kata dia, belum menentukan nilai investasi maupun skema pembiayaan. "Nanti akan dilihat, apa akan berbentuk subsidi bunga, penyertaan investasi pada BUMN, atau penyertaan modal," tutur Bayu.
Normalnya, pembangunan satu unit pabrik gula dengan kapasitas 10.000 batang tebu per hari (TCD) membutuhkan biaya Rp 1 Triliun - Rp 1,5 triliun. Dia melanjutkan, pabrik tersebut rencananya akan dibangun di Jawa dan luar Jawa.
Menteri BUMN Sofyan Djalil mengatakan pembangunan pabrik gula baru akan lebih efektif untuk meningkatkan produksi gula. Dia menilai, restrukturisasi mesin pabrik gula hanya bersifat tambal sulam, sehingga pembangunan pabrik gula dinilai lebih efektif. "Kalau pemerintah bisa membangun pabrik gula baru, biaya produksi bisa turun," kata Sofyan, pada kesempatan terpisah, seusai rakor di Depkeu.
Dia menjelaskan, dengan pabrik gula baru, biaya produksi gula bisa turun menjadi antara Rp 3.500-4.000 per kg dari biaya produksi sekarang sekitar Rp 5.000 per kg.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Industri Permesinan Departemen Perindustrian Chanty Triharso mengatakan kenaikan harga gula mendorong petani dan produsen untuk meningkatkan produksi, melalui program revitalisasi pabrik gula.
"Harga gula yang naik menjadi saat yang tepat untuk ikut revitalisasi," kata Triharso di Departemen Perindustrian.
Menurut Triharso, awal tahun, saat program ini ditawarkan, masih sepi peminat. "Ketika harga gula rendah, mereka tidak tertarik ikut revitalisasi karena tidak punya margin," katanya.
Data Departemen Perindustrian per 1 September 2009, sebanyak 7 perusahaan gula telah mendaftar. Total, ada 33 pabrik yang mengajukan ikut serta program restrukturisasi mesin pabrik gula.
Padahal, saat program ini dibuka pada Maret lalu, sepi peminatnya. Menurut Triharso, peningkatan pendaftar mulai terlihat pada Juli lalu. "Saya sendiri terkejut dengan fenomena ini," ujarnya.
Dari 7 perusahaan dengan total 33 pabrik tersebut, total investasi pembelian mesin dan peralatan sekitar Rp 574 miliar.
Dalam program ini, Departemen Perindustrian mengalokasikan dana sebesar Rp 50 miliar untuk pembelian mesin dan peralatan produksi. Skemanya, pemerintah memberikan bantuan dana sekitar 10 persen dari investasi pembelian peralatan dan mesin produksi pabrik gula. Masing-masing perusahaan mendapatkan dana restrukturisasi maksimal Rp 10 miliar. Sehingga, dari 7 perusahaan tersebut, dana yang diperkirakan terpakai sekitar Rp 36,2 miliar.
Pemerintah akan melakukan verifikasi terlebih dulu sebelum pencairan dana. Ini untuk melihat apakah mesin dan peralatan yang dibeli sesuai dengan persyaratan. Antara lain, mesin harus buatan dalam negeri, bukan barang bekas, bukan peralatan pendukung tapi peralatan untuk proses produksi, dan bukan barang impor. Proses verifikasi diperkirakan membutuhkan waktu satu bulan.
Triharso memperkirakan dana restrukturisasi tersebut bisa cair pada Oktober dan November.
Meski realisasi dana restrukturisasi diperkirakan hanya sekitar Rp 36,2 miliar dari Rp 50 miliar, kata Triharso, pihaknya enggan memperpanjang pendaftaran yang telah berakhir 31 Agustus lalu. Pasalnya, waktu verifikasi saja butuh waktu satu bulan. Pihaknya tak ingin program ini molor realisasinya.
Adapun, restrukturisasi mesin dan peralatan pabrik gula bertujuan untuk meningkatkan kinerja pabrik gula dalam rangka mendukung revitalisasi pabrik gula menuju swasembada gula. Revitalisasi pabrik gula diikuti oleh produsen gula seperti PT Perkebunan Nusantara dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Triharao menjelaskan, dalam program revitalisasi, modernisasi mesin di pabrik diperkuat juga dengan peningkatan produksi, ekstensifikasi dan intensifikasi di lahan perkebunan. Melalui program penggantian mesin lama dengan mesin baru, kata dia, diharapkan bisa menambah produksi gula putih sebanyak satu juta ton pada 2009.
Dia melanjutkan, tahun depan Departemen Perindustrian mengajukan usulan alokasi dana restrukturisasi mesin pabrik gula sekitar Rp 25 miliar. Angka ini lebih kecil dibanding dana tahun ini. "Tahun depan kan tinggal sisa perusahaan yang belum," ujar Triharso.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Manggabarani mengatakan program revitalisasi pabrik gula diharapkan bisa meningkatkan produksi gula putih menjadi 3,3 juta ton dari produksi pabrik gula putih saat ini 2,8 juta ton. Dia memperkirakan peningkatan produksi gula putih ini akan terlihat dua tahun setelah revitalisasi dimulai, atau pada 2011.
NIEKE INDRIETTA