TEMPO Interaktif, GARUT- Kawasan hutan Gunung Guntur di Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terbakar. Kali ini kebakaran terjadi blok rejeng di kawasan cagar alam kamojang. Sampai berita ini ditulis luas lahan yang terbakar mencapai sekitar 25 hektar.
Kebakaran mulai terjadi sekitar Senin (31/8), sekitar pukul 10.00 WIB. Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah V Garut bersama masyarakat setempat masih berusaha memadamkan kobaran api. “Belum diketahui sumber api yang menyebabkan terjadinya kebakaran tersebut,” ujar Kepala Seksi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah V Garut, Teguh Setiawan, saat ditemui di Kantornya.
Menurutnya, sulinya pemadaman api di kawasan itu karena jauhnya sumber mata air dengan pusat api. Selain itu, kebakaran pun tersebar di beberapa titik. Sedangkan petugas kehutanan jumlahnya terbatas hanya sekitar 17 orang. Mereka hanya dibekali jet shooter atau pompa penyemprot air berkapasitas 20 liter untuk memadamkan api.
Jenis vegetasi yang terbakar umumnya adalah pohon pinus dan semak belukar. Asap tebal yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut terlihat dari jarak sekitar 10 kilometer atau di pusat kota Kabupaten Garut.
Sebelumnya, api yang membakar hutan di blok Rejeng awalnya hanya berupa kepulan kecil saja. Namun karena angin kencang dan kekeringan mengakibatkan api menyebar cepat ke beberapa lokasi hingga terlihat semakin membesar. Kencangnya tiupan angin, karena letak geografis Garut berada di tengah tengah lembah yang dikelilingi deretan empat gunung besar. “Makanya di Garut itu anginnya berputar kencang,” ujarnya.
Kebakaran ini adalah yang ketiga kalinya selama bulan ini. Sebelumnya kebakaran terjadi di blok Cipanas, seluas 5 hektar. Kedua, dua hektar di Gunung Haruman, Kecamatan Leles, seluas 18 hektar.
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, Edi Muharam menyatakan, memasuki musim kemarau saat ini sedikitnya tiga hutan di wilayahnya rawan terjadi kebakaran. Daerah tersebut berada di komplek Gunung Guntur, Papandayan, Leuweung Sancang, dan beberapa daerah di wilayah wilayah Selatan. Luas daerah rawan itu mencapai sekitar 250 hektar. “Lahan itu berada di kawasan hutan konservasi dan lindung,” ujarnya.
Terjadinya kebakaran di Garut, lebih diakibatkan oleh suhu udara. Pada suhu 30-35 derajat, alang-alang kering mudah terbakar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi semakin meluasnya kebakaran hutan, pihaknya melakukan pengamanan hutan swakarsa bersama masyarakat sekitar hutan.
SIGIT ZULMUNIR