TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi mancanegara dari UNICEF dan UNESCO mengapresiasi penggunaan teknologi dalam mentransformasi pendidikan Indonesia. Hal tersebut diutarakan pada hari kedua penyelenggaraan Gateways Study Visit di Bali, Rabu, 2 Oktober 2024.
Gateways Lead UNICEF, Frank Van Cappelle, mengapresiasi penggunaan teknologi dalam Merdeka Belajar. “Kita harus apresiasi pembangunan berbasis bukti yang telah dilakukan,” kata Frank. UNICEF merupakan Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sedangkan UNESCO adalah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB.
Menurut dia, perubahan pada lanskap kebijakan digital dalam sektor pendidikan tentunya melibatkan pengambilan keputusan yang tidak mudah. Apalagi, mengingat Indonesia adalah negara yang luas.
Sementara itu, Gateways Lead UNESCO, Mark West, mengatakan bahwa transformasi pendidikan berbasis teknologi harus mendorong inklusivitas. Ia pun memberikan komentar soal pemilihan kata ‘Merdeka’ dalam program pendidikan Indonesia. “Saya terkesima dengan pemilihan kata ‘Merdeka’ yang melambangkan emansipasi pembelajaran dan kemerdekaan berkreasi,” kata Mark.
Indonesia menjadi tuan rumah untuk Gateways Study Visit yang diselenggarakan oleh UNICEF dan UNESCO pada 1 hingga 3 Oktober 2024. Dalam acara yang digelar di Bali ini, 56 peserta dari 20 negara dan 9 organisasi internasional akan melihat dan mempelajari secara langsung praktik pendidikan di Indonesia, khususnya program Merdeka Belajar.
Simposium internasional ini dihadiri oleh berbagai negara termasuk Finlandia, India, Inggris, Prancis, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab. Aneka sesi dalam acara ini didesain interaktif, termasuk melalui keberadaan ekshibisi, kunjungan ke sekolah setempat, dan lokakarya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, mengklaim bahwa transformasi pendidikan di bawah payung Merdeka Belajar yang dilakukan selama lima tahun terakhir telah meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Menurut Nadiem, intervensi berbasis teknologi telah menyederhanakan proses administrasi dan membuat seluruh pihak lebih fokus pada penyelenggaraan pembelajaran.
“Kami menggunakan teknologi sebagai penyeimbang sistem pendidikan, guna mendorong potensi para penggerak pendidikan seperti guru, kepala sekolah, dan kepala dinas (pendidikan) sehingga dapat berkolaborasi dan meningkatkan kualitas layanan pendidikan kepada murid,” kata Nadiem dalam keterangan resmi pada Rabu, 2 Oktober 2024.
Nadiem menambahkan, salah satu langkah awal yang dilakukan adalah membangun tim teknologi Kemendikbudristek. Tim ini bertugas khusus mengembangkan berbagai produk teknologi untuk mengakomodasi kebutuhan guru, kepala sekolah, murid, hingga mahasiswa.
Pilihan editor: Profil Sri Rahayu, Caleg Terpilih PDIP yang Mundur agar Cucu Sukarno Dapat Kursi DPR