TEMPO.CO, Jakarta - Upacara Sekaten di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sempat diwarnai ketegangan antara kelompok yang dipimpin oleh Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari (Gusti Moeng), dan kubu Raja Paku Buwono (PB) XIII yang diwakili Kanjeng Pangeran Haryo Raditya Lintang Sasongko.
Ketegangan ini muncul akibat protes dari pihak PB XIII yang merasa sudah mendapat instruksi untuk membunyikan gamelan Sekaten, namun pihak LDA melakukannya lebih dulu.
Menurut pengamatan Tempo, konflik terjadi ketika pihak LDA mulai memainkan gamelan, namun Kanjeng Haryo dari PB XIII memprotes dengan alasan ia memiliki surat perintah langsung dari PB XIII untuk memulai ritual tersebut.
Protes ini memicu reaksi dari kubu LDA, yang kemudian mengeluarkan Kanjeng Haryo dari area parkir Masjid Agung. Pendukung kedua kubu terlibat adu mulut dan baku pukul, namun situasi berhasil diredakan oleh TNI dan Polri, meski Kanjeng Haryo meninggalkan lokasi dengan rasa kecewa.
Deretan Konflik Keraton Solo
1. Pencurian
Pada Desember 2022, Keraton Surakarta diduga menjadi sasaran pencurian. Beberapa perhiasan dan koleksi kain jarik kuno milik putri Keraton Surakarta, yang diperkirakan bernilai ratusan juta rupiah, hilang.
Ketika dimintai keterangan mengenai dugaan pencurian ini, Kepala Polresta Solo, Komisaris Besar Polisi Iwan Saktiadi, melalui Kasatreskrim Ajudan Komisaris Polisi Johan Andika, mengonfirmasi adanya laporan terkait kasus tersebut.
Gusti Dewi, yang biasa dipanggil demikian, menjelaskan bahwa laporan baru dibuat pada Rabu, 21 Desember 2022, karena selama ini ia tinggal di Bali.
Setelah menerima kabar mengenai pencurian itu, Gusti Dewi kembali ke Solo dengan mobil pribadinya karena tidak mendapatkan tiket pesawat langsung dari Bali ke Solo.
2. Konflik internal
Kericuhan di Keraton Surakarta yang diduga dipicu oleh konflik internal terjadi pada Jumat malam, 23 Desember 2022. Bentrokan terjadi antara kubu Pakubuwono XIII (Hangabehi) dan Lembaga Dewan Adat (LDA) yang dipimpin oleh GKR Koes Moertiyah, atau dikenal sebagai Gusti Moeng.
GKR Wandansari menjelaskan bahwa keributan dimulai ketika kelompok Sasonoputro membawa sekitar 50 orang untuk mengusir Gusti Moeng dan keluarganya dari Keraton Surakarta. Keluarga Gusti Moeng berada di area keraton untuk berjaga-jaga setelah kasus dugaan pencurian terjadi di sana.
Kericuhan terjadi sekitar pukul 19.00 WIB, ketika puluhan orang berusaha mengunci pintu Kamandungan, gerbang utama menuju Keraton Solo. Bentrokan pun tak terhindarkan, menyebabkan beberapa orang harus dilarikan ke Rumah Sakit Kustati untuk mendapatkan perawatan.
3. Dugaan penganiayaan
Terkait dugaan penganiayaan, anggota Sentono Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Christophorus Aditiyas Suryo Admojonegoro, menyatakan bahwa ia telah menjadi korban penganiayaan oleh seorang putri Keraton Solo berinisial GKR TRKD.
Kuasa hukum KRA Christophorus Aditiyas Suryo Admojonegoro, Agung Susilo melalui pesan tertulisnya mengatakan ada empat orang di pihaknya yang terluka. "Dari satgas 4 orang luka di kepala," tulisnya.
Wakil Ketua LDA KP Eddy Wirabhumi mengatakan ada seorang di pihaknya yang mengalami luka. Beberapa korban luka telah dibawa ke Rumah Sakit Islam.
SUKMA KANTHI NURANI | SEPTIA RYANTHIE | PUTRI INDY SHAFARINA
Pilihan Editor: Upacara Sekaten Keraton Surakarta Sempat Ricuh, Bagaimana Sejarah prosesi Adat Ini?