Rocky mengatakan, ketika orang bepergian ke Eropa atau Amerika Serikat, mereka tidak bertanya soal bahasa. Namun, mereka akan bertanya tentang HAM, demokrasi, lingkungan hidup, dan solidaritas kemanusiaan.
"Semua itu adalah pikiran Bung Karno, bahkan mendahului zaman. Jadi, kita jangan tenggelamkan pikiran itu," katanya.
Sementara itu, penulis buku "Merahnya Ajaran Bung Karno" Airlangga Pribadi Kusman menyinggung gagasan yang muncul pada 1970-an bernama theatre of the oppress (teater kaum tertindas).
Menurutnya, gagasan yang ditulis Sastrawan Augusto Boal itu menggambarkan perjuangan Presiden Pertama Sukarno alias Bung Karno yang melawan penindasan oleh penjajah untuk mendorong pembebasan. Ia menilai semangat itu kini sudah berbeda.
"Dalam teater itu kalau kita dalam konteks perjuangan, maka akan melihat Bung Karno adalah tokoh yang mendorong pada proses pembebasan dan perubahan sosial," tambah Airlangga.
Dia menyebut, Bung Karno sebagai tokoh theatre of the oppress yang melibatkan rakyat untuk turut membangun Tanah Air dan seisinya, bukan sebagai penonton saja.
"Mereka (rakyat) tidak diam, mereka bagian dari teater pembebasan," tuturnya.
Pilihan Editor: Grace Natalie Minta PDIP Tarik Semua Kader dari Kabinet Jokowi