TEMPO.CO, Jakarta - Prof Dr Ir Aziz Purwanto, M.Sc., seorang dosen di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), secara resmi dianugerahi gelar Guru Besar dalam bidang Ilmu Bioteknologi Tanaman Hias pada hari Selasa, 6 Agustus, di Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Dalam acara tersebut, Prof. Aziz menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul "Tanaman Hias: Fungsi dan Upaya Pemuliaan Menggunakan Bioteknologi."
Rektor UGM Ova Emilia dalam sambutannya menyampaikan bahwa Prof. Aziz kini bergabung dengan jajaran 452 Guru Besar aktif di UGM. Di tingkat fakultas, Prof Aziz menjadi salah satu dari 26 Guru Besar aktif dan termasuk dalam kelompok 73 Guru Besar yang pernah dimiliki oleh Fakultas Pertanian.
Baca juga:
Dalam pidatonya, Prof Aziz mengenang awal mula ketertarikannya terhadap tanaman hias yang telah berkembang sejak ia masih menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Pertanian UGM. Ketika itu, ia tertarik pada keindahan dan variasi warna serta bentuk tanaman kaktus, yang kemudian ia tawarkan sebagai bagian dari usahanya. Pengalaman ini menjadi fondasi bagi perjalanan akademiknya.
Setelah menjadi staf pengajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang master dan doktoral di Faculty of Horticulture, Chiba University, Jepang, ia semakin mendalami tanaman hias dan memilihnya sebagai fokus utama dalam penelitian dan karyanya di bidang bioteknologi.
Ketertarikannya yang mendalam terhadap tanaman hias mendorong Prof Aziz untuk menjadikan tanaman tersebut sebagai objek utama dalam pengembangan ilmu dan inovasi melalui pendekatan bioteknologi, yang terus ia tekuni hingga meraih gelar Guru Besar.
Aziz Purwanto menjelaskan bahwa fungsi tanaman hias kini telah meluas, tidak hanya terbatas untuk mempercantik kebun, halaman rumah, atau interior. Saat ini, tanaman hias telah menjadi komoditas dengan banyak fungsi. Salah satu fungsi utama yang beliau sebutkan adalah peran tanaman hias dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
"Tanaman hias berkontribusi dalam memberikan layanan ekosistem yang penting, seperti menjaga keamanan lingkungan, memungkinkan interaksi dengan alam, dan membantu dalam menciptakan hubungan sosial yang harmonis," ujarnya.
Lebih lanjut, Prof Aziz mengungkapkan bahwa tanaman hias memiliki kemampuan untuk menetralisir udara dalam ruangan dengan efisien, menciptakan suasana yang segar, dan dapat dimanfaatkan dalam bidang terapi serta kesehatan.
Selain itu, beliau menekankan bahwa aktivitas menanam dan merawat tanaman hias dapat memberikan manfaat psikologis yang signifikan, seperti menurunkan tingkat stres dan kecemasan, serta meningkatkan perasaan bahagia dan relaksasi. Dengan demikian, tanaman hias tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga memiliki kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Aziz Purwanto mengungkapkan bahwa bioteknologi dapat diterapkan dalam pemuliaan tanaman hias untuk menghasilkan kultivar yang memiliki sifat estetika unggul. Pemuliaan secara konvensional telah mampu menciptakan tanaman hias dengan peningkatan pada berbagai atribut bunga, seperti warna yang lebih menarik, bentuk yang lebih indah, pola yang unik, serta karakteristik lainnya yang meningkatkan nilai estetika.
Aziz pun menyoroti peningkatan signifikan dalam ekspor tanaman hias Indonesia yang naik sebesar 11,5 persen pada 2021. Namun, beliau menekankan bahwa potensi pasar ekspor tersebut masih belum dimanfaatkan secara maksimal.
Dengan kekayaan biodiversitas tanaman hias yang dimiliki Indonesia, Prof. Aziz optimis bahwa industri tanaman hias di Indonesia dapat dikembangkan lebih jauh dengan mengadopsi konsep 3P, yaitu profit (keuntungan ekonomi), people (kesejahteraan masyarakat), dan planet (kelestarian lingkungan). Menurutnya, melalui pemanfaatan bioteknologi dan pengelolaan yang tepat, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama di pasar tanaman hias global.
Pilihan Editor: Ravidho Ramadhan dari FMIPA UGM Lulus Doktor dengan IPK 4.00 di Usia 26 Tahun