INFO NASIONAL - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K), mengingatkan masyarakat agar tidak langsung mempercayai tuduhan bahwa air minum dalam kemasan (AMDK) galon polikarbonat dapat menyebabkan infertilitas. Menurutnya, klaim tersebut belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
Dr. Hasto menjelaskan bahwa dalam dunia kedokteran, sebuah produk makanan atau minuman hanya dapat dianggap merugikan jika ada bukti yang solid, seperti meta-analisa yang menggabungkan hasil penelitian dari berbagai studi. “Kaitannya antara air galon polikarbonat dan infertilitas tidak signifikan. Berdasarkan jurnal-jurnal yang saya baca, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa air galon ini mengandung zat yang bisa menyebabkan infertilitas,” ujarnya, Senin, 5 Agustus 2024.
Dia menambahkan bahwa sejak setahun lalu, dirinya telah melakukan kajian mendalam terhadap isu tersebut. “Saya pernah ditanyai tentang masalah ini oleh wartawan setahun lalu, dan setelah meneliti berbagai jurnal, tidak ada yang menghubungkan air galon polikarbonat dengan infertilitas,” kata Dr. Hasto.
Menurut Dr. Hasto, dalam dunia kedokteran, larangan terhadap makanan atau minuman yang dianggap merugikan seperti penyebab infertilitas harus didasarkan pada bukti-bukti yang konsisten dari berbagai pusat penelitian global. “Jika ada hasil penelitian dari berbagai negara seperti Australia, Amerika, China, dan Asia yang menunjukkan hal yang sama, barulah itu bisa menjadi rekomendasi. Namun, hingga saat ini belum ada hasil penelitian seperti itu,” tegasnya.
Dr. Hasto menjelaskan bahwa tanpa adanya rekomendasi dari asosiasi atau kolegium yang relevan, tuduhan tersebut tidak bisa dianggap sebagai dasar untuk melarang penggunaan air galon polikarbonat. “Kedokteran selalu berlandaskan pada evidence-based medicine, yang berarti kita hanya mengikuti rekomendasi berdasarkan bukti yang telah terbukti secara luas. Tanpa rekomendasi tersebut, kita tidak bisa menganggap sesuatu sebagai berbahaya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr. Hasto menambahkan bahwa hingga saat ini belum ada rekomendasi dari kolegium antropologi atau bidang terkait yang melarang penggunaan air galon polikarbonat. “Jadi, jika belum ada rekomendasi dari kolegium obgyn atau pihak terkait tentang masalah kualitas sperma atau telur, kita tidak bisa melarang penggunaannya,” ujarnya.
Dr. Hasto juga menggarisbawahi bahwa infertilitas di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor seperti infeksi penyakit, kegemukan, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. “Infertilitas pada wanita sering disebabkan oleh infeksi yang menyebabkan saluran telur buntu atau kegemukan yang meningkatkan hormon androgen. Sementara pada pria, infertilitas biasanya terkait dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol,” jelasnya.
Dengan demikian, Dr. Hasto menekankan bahwa tuduhan tentang air galon polikarbonat yang menyebabkan infertilitas belum memiliki dasar bukti yang cukup. Masyarakat disarankan untuk tetap waspada dan menunggu hasil penelitian lebih lanjut sebelum mengambil keputusan terkait isu ini.(*)