TEMPO.CO, Jakarta - Istana Kepresidenan mengklaim konflik sosial di Pulau Haruku, Maluku, yang pecah pada 2022, saat ini sudah selesai. Kepala Staf Presiden Moeldoko mengharapkan tidak ada lagi gesekan di masyarakat.
Moeldoko menyampaikan ini pada Senin, 22 Juli 2024, usai rapat bersama Pj Gubernur Maluku Sadali Le, PJ Bupati Maluku Tengah Rakib Sahubawa serta pejabat dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pekerjaan Umum.
“Persoalan konflik negeri Pelauw dan Kariuw telah selesai. Sudah bersepakat, untuk tidak lagi dipersoalkan, yang tadinya di status quo – saat ini disepakati menjadi cagar budaya,” kata Moeldoko di kompleks Istana Jakarta, Senin 22 Juli 2024.
Kerusuhan Haruku pecah pada 25–27 Januari 2022 dengan melibatkan dua negeri yang saling bertetangga – Kariu dan dusun Ori dari negeri Pelauw. Peristiwa ini juga merupakan kerusuhan antarnegeri yang berbeda agama (Pelauw dan Ori: Islam, Kariu: Kristen Protestan).
Kedua negeri adat ini sebelumnya pernah mengalami konflik yang terkait dengan masalah batas wilayah. Kejadian kerusuhan itu bermula ketika ada salah satu warga Kariu yang membuka kebun dan kemudian warga Ori menegur, serta menyatakan bahwa lahan itu bukan milik negeri Kariu.
Dalam keterangan di Istana, Moeldoko menegaskan bahwa permasalahan Haruku adalah konflik perbatasan dan bukan persoalan agama. Jenderal TNI Purnawirawan ini mengatakan 1.245 warga yang pada 2022 mengungsi ke Aboru sudah kembali ke tempat masing-masing.
Walau konflik sudah selesai, Moeldoko mencatat masih ada 207 perumahan yang harus segera dibereskan. Ada juga persoalan 600 hektar lahan tanaman yang rusak. Pemerintah terus mencari solusi atas dampak konflik terhadap lingkungan itu.
“Nanti 200 hektar segera ditanami kelapa dalam, sisanya segera dicarikan solusinya. Berikutnya juga ada bantuan peternakan dan seterusnya semuanya sudah kita tekankan tadi di dalam rapat,” kata Moeldoko.
Pilihan Editor: 1.238 Pengungsi Konflik di Pulau Haruku Dipulangkan, Ada Program Kebun Cengkeh