TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan atau Kapuspen TNI, Mayor Jenderal Nugraha Gumilar menyebut wacana pembentukan angkatan siber militer ini masih dalam tahap penggodokan. Wacana ini kembali mencuat setelah data Badan Intelijen Strategis atau BAIS TNI diretas, menyusul serangan siber ke Pusat Data Nasional Sementara.
"Masih dalam penggodokan ya. Mudah-mudahan, kami masih menunggu informasi selanjutnya," kata Nugraha ditemui di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Rabu, 3 Juli 2024.
Adapun wacana pembentukan angkatan siber ini pernah disampaikan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhanas RI kala itu, Andi Widjajanto pada Agustus 2023. Andi mengatakan bahwa Indonesia direncanakan bakal memiliki angkatan keempat untuk melengkapi tiga matra angkatan TNI di Indonesia, yakni Angkatan Siber. Hal ini merujuk ke Singapura yang telah memiliki angkatan serupa.
"Saya diminta bicara tentang kemungkinan Indonesia seperti Singapura punya angkatan siber. Saya harus menawarkan roadmap-nya apakah Indonesia nanti seperti Singapura punya angkatan siber melengkapi Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara," kata Gubernur Lemhanas RI Andi Widjajanto dalam seminar Nasional Ketahanan Nasional Transformasi Digital Indonesia 2045 di Jakarta, Senin, 7 Agustus 2023.
Menurut Andi, usulan pembentukan Angkatan Siber ini masih dalam tahap awal. Sebab saat ini beberapa kementerian dan lembaga telah memiliki unit siber tersendiri.
"Kementerian Pertahanan dan TNI memiliki satuan siber. Di Kepolisian juga sudah ada, BSSN ada satuan sibernya. Apakah nanti (TNI) berevolusi menjadi angkatan tersendiri seperti di Singapura?" kata Andi.
Untuk itu, Andi mengatakan Indonesia harus belajar dari negeri Singa itu yang sudah mempersiapkannya sejak 7 tahun lalu. Singapura resmi menciptakan Angkatan Siber pada Oktober 2022.
Saat ini, Singapura telah memiliki 3 ribu pasukan pada tahun ini. Angka itu akan terus bertambah menjadi 12 ribu pasukan dalam kurun waktu 8 tahun.
"Mereka punya seragam hijau untuk AD,seragam putih untuk AL, seragam biru AU dan abu-abu untuk Angkatan Digital dan Intelijen," pungkasnya.
Server BAIS TNI Diretas
Sebelumnya, akun X dengan centang biru FalcoonFeed.oi atau @FalconFeedsio mengunggah tangkapan layar penjualan data milik Badan Intelijen Strategis. Unggahan pada Senin, 24 Juni 2024, pukul 10.39 WIB itu, menjelaskan dalam keterangan tertulisnya pembocoran data dilakukan oleh entitas yang disebut MoonzHaxor.
FalconFeeds.io menyebut kebocoran data dilakukan oleh akun MoonzHaxor pada situs BreachForums. Potongan layar halaman BreachForum yang diunggah FalconFeeds.io, memperlihatkan MoonzHaxor mengunggah sampel file data ke BreachForum. Ia menawarkan menjual data lengkap milik BAIS TNI.
“Pelanggaran ini menyusul kejadian serupa pada 2021 di mana jaringan internal Badan Intelijen Negara dibobol kelompok Cina," tulis keterangan @FalconFeedsio.
Unggahan ini muncul bersamaan dengan gangguan pada sistem PDN yang berdampak pada beberapa layanan publik pada Kamis, 20 Juni 2024. Belakangan diketahui gangguan tersebut disebabkan serangan ransomware brainchiper dari LockBit 3.0. Ransomware ini melumpuhkan sistem dan berdampak kepada 210 layanan instansi pemerintah daerah dan pusat. Beberapa di antaranya adalah keimigrasian, Kemendikbudristek, dan INAFIS Polri.
Nugraha memastikan bahwa data yang diretas itu merupakan data lama. Adapun server BAIS TNI sementara dinonaktifkan akibat peretasan tersebut.
Ia menyatakan, pihaknya sudah menginstruksikan kepada Tim Siber TNI untuk menindaklanjuti perihal peretasan server tersebut. Menurut dia, tidak ada tumpang tindih peran antara Tim Siber TNI dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) ataupun Kementerian Komunikasi dan Informatika.
"Kami sudah melakukan semua sesuai bidang masing-masing," ujarnya.
Pilihan Editor: TNI Pastikan Data BAIS yang Diretas Data Lama