Singgung konser Coldplay dan Taylor Swift
Selain Mandalika, Jokowi juga menyoroti perizinan ruwet membuat artis internasional, seperti penyanyi Taylor Swift tidak bisa konser di Indonesia. Padahal konser sebesar itu bisa mendorong perputaran arus modal bagi negara. Kepala negara mengungkit konser Swift di Singapura pada 2 sampai 9 Maret lalu.
Eks Gubernur Jakarta menduga hampir separuh orang yang menonton konser 'The Eras Tour' Swift di Singapura adalah Indonesia. Jokowi menyitir data Spotify yang menyebut 2,2 juta orang Indonesia mendengarkan penyanyi asal Amerika Serikat pelantun 'Blank Space' itu.
"Apa yang terjadi kalau kita berbondong-bondong nonton di Singapura? itu ada yang namanya capital outflow, aliran uang Indonesia ke sana, kita kehilangan. Kehilangan uang tidak hanya untuk beli tiket tapi kehilangan uang untuk bayar hotel, makan, transport," kata Jokowi.
Capital outflow yang dimaksud Jokowi merupakan kondisi adanya aliran dana asing yang keluar dari Indonesia. Mantan Wali Kota Solo ini mengatakan, izin yang mudah juga membuat penyanyi internasional lebih memilih untuk menggelar pementasan di Singapura. Kasus ini juga tak hanya berlaku bagi Taylor Swift, tapi juga Coldplay pada tahun lalu.
"Saya bertanya-tanya kenapa, karena perizinan kita ruwet," kata Jokowi.
Oleh karena itu, Presiden sangat mengapresiasi kehadiran Online Single Submission (OSS) yang merupakan sistem perizinan terintegrasi, yang memudahkan dalam mendapatkan perizinan.
Pada kesempatan itu, Presiden berharap digitalisasi perizinan yang diluncurkan bukan hanya berupa website layanan, melainkan betul-betul memberikan kemudahan pengurusan perizinan.
"Betul-betul memberikan kepastian jauh-jauh hari sebelumnya, betul-betul memotong birokrasi kita sehingga munculnya adalah sebuah cost (biaya) yang lebih murah dan lebih terbuka, transparan," jelasnya.
DANIEL A. FAJRI | ANTARA
Pilihan Editor: Jokowi: Konser Taylor Swift di Singapura Sebabkan Capital Outflow bagi Indonesia