Senada Adi dan Drajad, Direktur Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Baihaqi Siraj, dengan sisa waktu lima setengah bulan, masih terbuka bagi tokoh lain untuk menandingi Khofifah-Emil. Syaratnya, kata dia, calon penantang itu harus punya popularitas yang tinggi dulu.
Dari hasil survei ARCI pada bulan lalu, kata dia, tokoh yang mempunyai popularitas paling tinggi sebagai pesaing Khofifah-Emil adalah Marzuki dan Risma. Sigi ARCI menunjukkan popularitas Marzuki Mustamar di atas 70 persen.
“Kalau kedua tokoh ini bisa menyatu, bukan tidak mungkin dapat bersaing dengan inkumben,” kata Baihaqi saat dihubungi Senin, 10 Juni 2024.
Menurut dia, popularitas tinggi Marzuki dan Risma merupakan modal penting. Kendati secara elektabilitas masih agak jauh di bawah Khofifah, namun dengan waktu tersisa masih bisa digenjot.
“Kalau tingkat popularitasnya sudah tinggi, membangun elektabilitasnya relatif mudah. Apalagi masih banyak calon pemilih yang berpotensi mengalihkan calon yang dicoblos, yakni 46 persen,” ujar Baihaqi.
Bagi Baihaqi, dengan kondisi riil politik di Jawa Timur seperti ini, yang paling realistis PKB berkoalisi dengan PDIP. Jika dua partai tersebut menyatu, kata dia, bukan tidak mungkin mampu mengalahkan Khofifah-Emil.
Dosen senior Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga yang juga peneliti pilkada Aribowo menilai, figur Risma masih berpeluang bersaing dengan Khofifah. Bila digarap betul, ujar Aribowo, terbuka peluang Risma bisa mengungguli Khofifah. Aribowo lebih melihat Risma sebagai penantang potensial Khofifah dibandingkan Marzuki.
Hasil survei optica.id, media online yang dikelola Aribowo, menunjukkan terbukanya peluang mantan Wali Kota Surabaya tersebut. Hanya saja Aribowo ragu apakah PDIP mau mencalonkan Risma tanpa dukungan logistik dari pihak lain. Sebab, menurutnya, biaya pemilihan gubernur mencapai ratusan miliar.
Menurut Aribowo, sejak PDIP pecah kongsi dengan Presiden Joko Widodo, mencari ‘bohir’ untuk pendanaan pilkada lebih sulit.
“Apalagi Risma kan sudah bilang bahwa dia tak punya uang. Apakah PDIP bisa mencukupi kebutuhan tersebut? Bohirnya siapa?” kata Aribowo.
Aribowo berujar, saat PDIP masih mesra dengan Jokowi, persoalan logistik pilkada relatif mudah dicari. Namun ketika situasinya berbalik seperti sekarang ini, PDIP harus cermat berhitung.
“Dalam pilkada serentak seperti ini, PDIP tentu butuh logistik yang sangat banyak karena bukan hanya Jatim, mereka juga ingin menang di Jakarta, Jateng, Sumut. Belum lagi untuk pilkada kabupaten/kota yang diincar untuk dimenangkan,” kata Aribowo.
Sementara itu, Emil tak menjawab detail saat ditanya peluang melawan kotak kosong di Pilgub Jatim. Dia hanya mengatakan bahwa pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan berbagai elemen masyarakat.
“Saat ini kami fokus menjalin silaturrahmi dengan berbagai elemen masyarakat karena kami mulai mendapat aspirasi-aspirasi. Kalau untuk konstelasi-kontestasi, kami serahkan ke para pimpinan partai,” kata Emil kepada Tempo, Senin, 17 Juni 2024.
Sebagai informasi, pasangan Khofifah-Emil Dardak telah resmi diusung oleh PAN, Golkar, Gerindra, Demokrat, dan PSI. Sementara itu, Wakil Sekjen PKB Syaiful Huda melontarkan peluang mengusung Marzuki dan Risma di Pilgub Jatim 2024. PKB juga mengaku telah berkomunikasi dengan PDIP di tingkat wilayah.
SAVERO ARISTIA WIENANTO | HANA SEPTIANA | KUKUH S. WIBOWO
Pilihan Editor: Emil Dardak Tanggapi Wacana Duet KH Marzuki-Risma di Pilgub Jatim 2024