TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden terpilih Prabowo Subianto ingin menjadi penjembatan bagi Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri, dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Juru Bicara Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan bahwa watak Prabowo itu politik rekonsiliatif dan mempersatukan. Dahnil menyebut Menteri Pertahanan yang sekarang aktif di Kabinet Jokowi ini, berusaha agar semua komponen dan tokoh guyub demi kepentingan yang lebih besar.
“Pak Prabowo sejak awal ingin semua presiden dari masa ke masa – mulai dari Bu Megawati, Pak SBY, Pak Jokowi bisa duduk dan berdiskusi bersama beliau untuk bicara jalan terbaik menuju Indonesia yang maju,” kata Dahnil dalam pesan kepada Tempo pada Sabtu, 20 April 2024.
Di penghujung Pemilu 2024, muncul wacana pertemuan Prabowo dan Megawati. Kedua belah pihak tak menutup kemungkinan bekerja sama secara politik pada masa mendatang, meskipun berbeda jalan dalam pemilu. Prabowo memenangkan pemilihan presiden, sementara PDIP menjadi partai pemenang dalam pemilihan legislatif.
Jokowi, yang hingga kini masih memegang Kartu Tanda Anggota PDIP, dalam gelaran Pilpres 2024 dinilai condong mendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto. Eks Pangkostrad menggandeng putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden. Padahal PDIP mengusung calon lain yaitu Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Sudah lebih satu pekan setelah Lebaran, Jokowi masih belum bertemu Megawati. Meskipun Istana sudah mengatakan bahwa tengah dicarikan waktu yang tepat di momen Idul Fitri untuk pertemuan Jokowi dan Megawati.
Sejumlah keterangan yang diberikan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto nampak resisten dengan wacana pertemuan Jokowi dan Megawati. Hasto menyebut Jokowi harus menemui anak ranting atau pengurus partai tingkat kelurahan sebelum bertemu Megawati. Hasto menyampaikan ini di rumah Megawati, kawasan Menteng pada Jumat, 12 April 2024. Dia juga menyinggung kecurangan Pilpres 2024 yang berkaitan dengan Jokowi.
Di tengah kerumitan hubungan Jokowi dan Megawati, Ketua Umum kelompok relawan Projo Budi Arie Setiadi tak menampik bahwa Prabowo bisa menjadi penjembatan dua tokoh bangsa. Sementara Putra Jokowi, Gibran, juga masih mengharapkan ada pertemuan di antara Jokowi dan Megawati terlepas dari ketegangan imbas Pilpres 2024.
Dalam keterangan pada Sabtu, Dahnil menjelaskan Prabowo terus berkomitmen untuk meneruskan warisan kepemimpinan dan memperbaiki apa yang kurang. Termasuk apa yang dikerjakan oleh Jokowi, SBY, dan Megawati. “Sebab itu penting merawat keguyupan dan saling tukar pikir diantara pemimpin tersebut,” ucap dia.
Hubungan Megawati dan SBY tampak buruk bermula dari rivalitas politik menjelang Pemilu 2004. Kala itu, SBY merupakan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di Kabinet Gotong Royong yang dipimpin Megawati.
Kemudian, keduanya bersaing di panggung Pilpres 2004. SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla secara mengejutkan berhasil mengalahkan Presiden Megawati dengan perolehan suara 60,62 persen berbanding 39,38 persen.
DANIEL A. FAJRI
Pilihan Editor: Masinton Bilang Megawati Tidak Perlu Bertemu Jokowi