Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penyebab Target Elimisasi TBC Sulit Terealisasi pada 2030

Reporter

Editor

Imam Hamdi

image-gnews
Petugas saat melihat hasil pemeriksaan Rontgen Thorax milik warga saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023. Untuk mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Jatinegara melangsungkan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi Pemeriksaan Rontgen Thorax, TCM (Test Cepat Molekuler) atau Pemeriksaan Dahak, serta TST (Tuberkulin Skin Test) atau Test Mantoux. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Petugas saat melihat hasil pemeriksaan Rontgen Thorax milik warga saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023. Untuk mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Jatinegara melangsungkan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi Pemeriksaan Rontgen Thorax, TCM (Test Cepat Molekuler) atau Pemeriksaan Dahak, serta TST (Tuberkulin Skin Test) atau Test Mantoux. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Perhimpunan Organisasi Pasien Tuberkulosis (TBC) Indonesia, Khoirul Anas, mengatakan, pasien TB mengalami siklus panjang dalam pengobatan. Siklus itu mulai dari proses diagnosa, akses kelayakan, tahapan pengobatan, hingga rehabilitasi.

Tiap tahapan itu terdapat hambatan sehingga target eliminasi TB di 2030 sulit diwujudkan. "Salah satu hambatannya faktor ekonomi," kata Khoirul dalam Peluncuran Pedoman Mitra Penanggulangan TBC di Gedung Kemenkop PMK, Rabu 3 April 2024. 

Khoirul mengatakan, banyak pasien TB yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Karena itu, mereka takut berobat. "Takut bayar mahal. Jadi meski sudah sakit berat, tidak berobat," kata Khoirul. 

Belum lagi, pasien TB saat proses pengobatan mendapatkan efek samping berat. Efek samping itu berbeda-beda. Banyak kasus, pasien TB yang tak melanjutkan berobat karena tak kuat menghadapi efek itu. 

Wakil Sekretaris I Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Aldila S. Al Arfah mengatakan, pasien tuberkulosis (TBC) sebagian besar berasal dari kalangan menengah bawah. Mereka mengidap penyakit tersebut karena gizi buruk hingga kondisi lingkungan tidak baik seperti tinggal di perumahan padat. 

"Faktor ekonomi masalahnya," kata Aldila.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pasien dari kalangan menengah bawah tersebut juga mengalami kesulitan ketika sedang menjalani pengobatan. Pengobatan TB membutuhkan waktu berbulan-bulan. Di masa itu, pasien diperkenankan untuk beristirahat. Namun, karena tuntutan ekonomi, banyak pasien yang memutuskan berhenti menjalani pengobatan. "Penghasilan harian. Maka ketika sedang berobat, ia harus bekerja. Jadinya bisa tak minum obat," ujar Aldila.

Untuk itu, Aldila mengatakan, pasien yang mengalami masalah itu bisa dibantu dengan program pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan bisa melihat potensi pasien. Misalnya, pasien memiliki potensi kerajinan tangan. Dari situ, rumah sakit atau pendamping bisa memfasilitasi membuat bazar sehingga pasien mendapatkan pendapatan. "Jadi ekonomi tidak terganggu," ujarnya. 

Anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Yulia Tri Haryanti, IPK mengatakan, kebutuhan pasien TB bukan hanya obat, melainkan masalah fisik, psikososial, dan finansial. Pasien membutuhkan pendampingan psikologis supaya tidak depresi ketika menjalani pengobatan. "Kalau tak didampingi bisa memperberat penyakit pasien," ujar Yulia 

Pendampingan itu bisa dilakukan oleh komunitas atau tenaga kesehatan. Pendampingan bertujuan untuk memberikan motivasi kepada pasien untuk bisa sembuh dengan kesadaran sendiri. Dengan begitu, proses penyembuhan bisa lebih cepat. Dalam hal ini, pihaknya sudah membuat kurikulum modul psikososial. Modul ini diharapkan bisa memberikan pelayanan kepada pasien. 

Pilihan editor: Jokowi Kunjungan Kerja ke Jambi untuk Cek Pasar dan RSUD

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

26 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

Dokter menjelaskan batuk berkepanjangan selama dua minggu atau lebih adalah gejala utama TBC, waspadalah.


Percepat Target Eliminasi TBC 2030, Kemenko PMK Luku Pedoman Mitra Penanggulangan TBCncurkan Bu

27 hari lalu

Menko PMK, Muhadjir Effendy dalam RTM pembahasan pemberian diskon tarif tol periode mudik Idul Fitri 1445 H/2024 M, melalui Zoom, Selasa, 4 April 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
Percepat Target Eliminasi TBC 2030, Kemenko PMK Luku Pedoman Mitra Penanggulangan TBCncurkan Bu

Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India dengan estimasi 969.000 kasus.


USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

34 hari lalu

Warga saat melakukan pemeriksaan Rontgen Thorax saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023. Untuk mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Jatinegara melangsungkan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi Pemeriksaan Rontgen Thorax, TCM (Test Cepat Molekuler) atau Pemeriksaan Dahak, serta TST (Tuberkulin Skin Test) atau Test Mantoux. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

USAID memberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) kepada 145.070 orang di Indonesia, untuk mempercepat akses pengobatan preventif melawan TBC


Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

34 hari lalu

Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

Anak penderita TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.


Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

35 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

Penderita TBC perlu bersikap disiplin agar tak menulari rekan kerja, seperti memakai masker dan ruangan kerja berventilasi baik.


Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

36 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

Penderita TBC rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena kerap dikucilkan dari lingkungan sehingga butuh sistem pendukung.


24 Maret Hari TBC Sedunia, Ini Sosok Ilmuwan Penemu Bakteri TBC

37 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
24 Maret Hari TBC Sedunia, Ini Sosok Ilmuwan Penemu Bakteri TBC

Ilmuwan Robert Koch adalah sosok yang berperan kunci dalam penemuan bakteri penyebab tuberkulosis alias TBC yang tak terpisahkan dari Hari TBC Sedunia


Kilas Balik Penemuan Kuman Tuberculosis Alias TBC oleh Robert Koch

37 hari lalu

Ilustrasi kuman tuberculosis atau TBC (pixabay.com)
Kilas Balik Penemuan Kuman Tuberculosis Alias TBC oleh Robert Koch

Bakteri penyebab TBC pertama kali ditemukan oleh Robert Koch. Pada saat itu, TBC membunuh satu dari setiap tujuh orang yang tinggal di Amerika Serikat dan Eropa.


Robot AI Buatan Google dan Perusahaan India Mampu Deteksi Kanker hingga TBC

40 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan untuk kesehatan. Kredit: Antaranews
Robot AI Buatan Google dan Perusahaan India Mampu Deteksi Kanker hingga TBC

Google dan sebuah perusahaan India mengembangkan robot berbasis AI yang bisa mendeteksi penyakit dalam. Terobosan di bidang radiologi.


Tak Nafsu Makan dan Lelah, Hati-hati Gejala TBC

47 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Tak Nafsu Makan dan Lelah, Hati-hati Gejala TBC

Pada 2022, sebanyak 7,5 juta orang didiagnosis tuberkulosis dan menjadi rekor tertinggi yang pernah terjadi. Berikut gejala TBC yang perlu diwaspadai.