TEMPO.CO, Jakarta - Deputi 6 Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Warsito, menanggapi kasus tindak pidana perdagangan orang atau TPPO berkedong magang program ferienjob ke Jerman. Hal utama berkaitan dengan kejadian itu akan jadi sesuatu yang baik untuk pemerintah ke depannya dan jadi pembelajaran.
Warsito menyoroti pentingnya program magang ke luar negeri secara keseluruhan untuk meningkatkan kapasitas SDM.
"Saya berkoordinasi dengan Prof. Haris bahwa semangat kita sama, magang ini sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pengalaman bekerja tidak hanya kompetensi ketrerampilan tapi soft skills, seperti kedisiplinan, tepat waktu," ujar Warsito di Jakarta pada Senin, 1 April 2024.
Menurutnya, program magang ke luar negeri sangat diperlukan mengingat kapasitas masyarakat Indonesia di luar negeri tidak mencukupi sehingga magang ini harapannya dapat diperbaiki ke depannya. Berdasarkan arahan di rapat internal, katanya, magang mahasiswa ke luar negeri tetap jadi hal yang penting.
"Sehingga pendekatan kita adalah bagaimana regulasi yang diperlukan akan menjadi kajian," katanya. Untuk meninjau kasus ferienjob yang belakangan ini jadi polemik, Minggu ini pihaknya akan mengadakan rapat kordinasi dengan berbagai pihak, yakni dengan Kemendikbudristek, Kemnaker, Badan Perlindungan Pekerja Migran, dan Kemenlu.
"Secara khusus kejadian ini akan dievaluasi, tapi jangan smpai membuat jera bagi institusi dan mahasiswa," kata Warsito mengimbau pihak yang bersangkutan. "Semangat untuk mendapat pengalaman harus kita dorong dengan regulasi yang diberikan sehingga tugas Magang Merdeka terlaksana dengan baik."
Dukung DPR Bentuk Satgas Usut TPPO Ferinjob
Menjawab soal usul DPR yang mengajukan agar dibentukan satgas khusus mengatasi hal ini, Kemenko PMK mengaku akan mendukung secara penuh. "Kami akan mendorong hal-hal yang sifatnya pendampingan. Kami berharap, mahasiswa secara hak-haknya terpenuhi," ujar Warsito.
Melanjutkan penjelasannya, Warsito menuturkan mewakili Menteri PMK, pihaknya akan mendampingi. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana pelajar dan mahasiswa tetap magang dengan sebaik mungkin sesuai dengan tujuan. "Satgas dalam fungsi perbaikan kita akan dukung dan kita akan tinjau," katanya.
Warsito mengatakan, program serupa dengn ferionjob ini banyak ditawarkan di negara Eropa, seperti di perkebunan, bandara. Magang itu merupakan pekerjaan kasar atau membutuhkan tenaga tapi tidak pernah diorganisir oleh perguruan tinggi setempat.
"Ikatan hubungannya individu yang bersangkutan dengan perusahaan setempat, jobdesk sudah jelas. Banyak pekerjaan itu, abis itu datang, wawancara, lihat fisiknya, regulasi," ujarnya.
Warsito mengungkap, sejatinya ferienjob seperti itu, baru kemudian pada 2022 dibuka untuk orang non Uni Eropa, tapi tidak ada hubungan dengan akademis. Hal inilah yang perlu digarisbawahi.
"Oleh karena itu, tentu bahwa ferienjob kami berharap ke depannya, mungkin ada satgas termasuk kami yang evaluasi untuk memperbaiki permagangan dan regulasi di Kemnaker dan Kemendikbud," ucapnya.
Pilihan Editor: 8 Mahasiswa UIN Jakarta Jadi Korban TPPO Berkedok Program Ferienjob Jerman, Begini Pengakuan Kampus