TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Jakarta Utara mengawasi gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3 M Plus ke seluruh kelurahan. Adapun 3 M adalah menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus DBD.
Pemantauan untuk mencegah penyebaran demam berdarah dengue atau DBD. "Ini yang terus kita lakukan menyikapi 156 kasus DBD di Jakut (Jakarta Utara) hingga 18 Maret 2024," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarya Utara, Lysbeth Regina Pandjaitan di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2024, dikutip Antara.
Angka itu, kata dia, tercatat dalam sistem pengawasan DBD dengan jumlah seluruh kasus baru dalam suatu populasi jangka waktu tertentu (incidente rate atau IR) sebesar 8,33 per 100 ribu penduduk.
Tentang Kasus DBD DKI Jakarta
1. Pakaian Panjang
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengimbau para orang tua agar mengenakan pakaian lengan panjang untuk anak-anaknya. "Masa ini merupakan periode rawan terjadinya DBD, jadi saya sarankan agar anak-anak dilengkapi dengan pakaian lengan panjang dan minyak telon saat beraktivitas di luar rumah," kata Heru di Cilincing, Jakarta Utara, pada Jumat, 15 Maret 2024.
2. Meningkatkan 3 M
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), lurah, camat, dan pihak terkait di wilayah Jakarta terus berupayamengendalikan penyakit ini dalam upaya pencegahan peningkatan penyebaran. Heru menekankan, pentingnya pemberantasan sarang nyamuk dengan menerapkan prinsip 3M, menguras, menutup, mengubur.
"Masyarakat harus aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan menerapkan prinsip 3M," kata Heru
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, telah memberikan instruksi kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Jakarta untuk melakukan deteksi dini dan penanganan kasus DBD sesuai dengan standar.
3. Meningkatkan Kewaspadaan
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Sholikhah, menekankan pentingnya langkah-langkah preventif mengatasi kasus DBD. Dia mendesak Pemerintah DKI Jakarta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut. “Seharusnya ini sudah diantisipasi karena sebetulnya kasus DBD bukan hal baru,” katanya, Rabu, 13 Maret 2024.
Sholikhah menyatakan, tren jumlah kasus DBD di Jakarta terus meningkat dari waktu ke waktu, terutama pada periode cuaca tidak menentu seperti saat ini.
4. Data DBD DKI Jakarta
Berdasarkan data yang diterima dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, selama periode 1 Januari hingga Februari 2024, tercatat ada 627 kasus DBD. Kasus paling banyak di Jakarta Barat dengan jumlah 208 kasus. Adapun Jakarta Timur dengan 161 kasus dan Jakarta Selatan 145 kasus. Di Jakarta Utara terdapat 74 kasus, Jakarta Pusat dengan 34 kasus, dan Kabupaten Kepulauan Seribu ada 5 kasus.
Program pengendalian vektor DBD dilakukan dengan meningkatkan program PSN 3M Plus dan memperkuat petugas pemantau jentik (jumantik). Frekuensi pemantauan ditingkatkan menjadi dua kali dalam satu pekan.
5. Kelembapan Udara
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atau PB IDI Mohammad Adib Khumaidi menjelaskan, tingkat kelembapan udara yang tinggi mempercepat perkembangan nyamuk Aedes aegypti, vektor penyakit DBD.
“Maka musim pancaroba ini menjadi musim yang sangat diinginkan oleh nyamuk dengue, sehingga potensi untuk peningkatan kasus DBD akan sangat tinggi. Dasar penyakit ini juga tidak terlepas dari iklim dan cuaca yang ada, sehingga sampai sekitar bulan Juni akan ada potensi kenaikan kasus DBD, sehingga masyarakat perlu berhati-hati,” kata Adib saat konferensi pers di Jakarta, Sabtu 2 Maret 2024.
ANTARA
Pilihan Editor: El Nino Turut Memicu Lonjakan Kasus DBD