TEMPO.CO, Jakarta - Hasil rekapitulasi penghitungan suara nasional Pemilu 2024 yang dilakukan KPU di 38 Provinsi dan 128 wilayah luar negeri pada Rabu malam ini, menunjukkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terempas dari Parlemen.
Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, partai berlambang Ka'bah tersebut tak mampu melampaui persetase ambang batas parlemen sebesar 4 persen. PPP memperoleh suara nasional sebanyak 5.879.777 dari total 84 daerah pemilihan atau sekitar 3,87 persen.
Direktur Trias Politika Strategis, Agung Baskoro mengatakan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan PPP terempas dari Senayan. Agung mencontohkan, dukungan PPP terhadap pasangan calon Ganjar Pranowo-Mahfud Md tak mampu menarik suara elektoral. "Perbedaan ideologi partai dan paslon menjadi penyebabnya," kata Agung saat dihubungi, Rabu, 20 Maret 2024.
Menurut dia, pasangan Ganjar-Mahfud secara institusional lebih mengidentikkan kaum nasionalis, sementara PPP adalah partai dengan latar belakang nilai-nilai islam. "Di sinilah efek ekor jas tidak mengalir deras untuk PPP," ujarnya.
Selain keliru mengambil langkah strategis, Agung melanjutkan, anjloknya suara PPP dalam Pemilu 2024 ini juga diperparah dengan konflik internal yang terjadi.
Konflik inilah yang memecah kekuatan partai, sehingga partai Ka'bah tidak mampu maksimal dalam memenangkan kontestasi elektoral lima tahunan ini. "Kepemimpinan Mardiono dan masuknya Sandiaga Uno juga tidak memberikan faktor signifikan," kata Agung.
Faktor lainnya, kata dia, PPP juga keliru dalam menyiapkan strategi kampanye untuk Pilpres dan Pileg ini. Kampanye yang dilakukan PPP, cenderung memberikan dorongan untuk Ganjar-Mahfud, namun menafikan suara untuk intenal partai sendiri. "Strategi PPP kali ini saya lihat tidak terintegrasi," ujar Agung.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai terdapat tiga persoalan mendasar di tubuh PPP yang menyebabkan partai tersebut terempas dari Parlemen. Persoalan pertama misalnya, penggulingan Suharso Monoarfa yang terlibat polemik "Ämplop Kyai" turut serta dalam mendorong kegagalan PPP.
"Beberapa langkah yang dilakukan Suharso tidak diteruskan oleh Mardiono yang menggantikannya. Hasilnya, simpul PPP buyar di tengah jalan," ujar Dedi.
Pelaksana tugas Ketua Umum PPP, Mardiono dan Sekretaris Jenderal, Arwani Thomafi belum menjawab pesan pertanyaan Tempo yang dikirimkan melalui nomor WhatsAppnya.
Sedangkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PPP, Achmad Baidowi; dan Wakil Sekretaris Jenderal PPP, Rusli Effendi hanya membaca pesan pertanyaan yang dikirimkan Tempo ke nomor telepon WhatsAppnya.
Pilihan Editor: KPU Umumkan Pemenang Pilpres, Anies, Muhaimin, dan Surya Paloh Bukber di Rumah JK