TEMPO.CO, Jakarta - Kehidupan politik dan keagamaan Indonesia sering kali diperkaya oleh hubungan kekerabatan yang menarik. Salah satu contohnya antara Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf. Kedua tokoh ini memiliki peran penting dalam peta kekuatan politik dan keagamaan Indonesia. Namun, bagaimana sebenarnya hubungan kekerabatan mereka?
Seperti yang dilansir dari Antara, Yaqut Cholil Qoumas dan Yahya Cholil Staquf atay Gus Yahya saudara sekandung, merupakan putra dari K.H. Muhammad Cholil Bisri. Keduanya memiliki akar keluarga yang dalam dunia keagamaan Indonesia. Mereka memiliki warisan intelektual dan spiritual yang kuat dari leluhur mereka, serta telah mendedikasikan hidup mereka untuk melayani masyarakat dan agama Islam.
Gus Yahya pernah menjadi juru bicara Presiden Gus Dur dan pada era Presiden Jokowi menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara, Jakarta sejak 31 Mei 2018 hingga kini.
Seperti yang dilansir dari Jurnal Agama dan Kebudayaan, Yahya Cholil Staquf, sebagai Ketua Umum PBNU, merupakan salah satu tokoh penting dalam organisasi Islam terbesar di Indonesia. PBNU memainkan peran penting dalam mengadvokasi Islam yang moderat dan inklusif, serta mempromosikan toleransi antar agama dan perdamaian sosial. Saat ini, PBNU dipimpin oleh KH Yahya Cholil Staquf sebagai pengganti KH Said Aqil Siradj dalam Muktamar ke-34 NU yang digelar di Lampung, pada Jumat 24 Januari 2021.
Gus Yahya memiliki jaringan internasional sejak 2014 dengan menjadi salah satu inisiator institut keagamaan di California, Amerika Serikat yaitu Bayt Ar-Rahmah Li ad-Da'wah Al-Islamiyah rahmatan Li Al-alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam.
Di sisi lain, adik Gus Yahya, Yaqut Cholil Qoumas, yang menjabat sebagai Menteri Agama di Kabinet Indonesia Maju sejak 23 Desember 2020, memiliki tanggung jawab besar dalam memimpin departemen agama negara. Tugasnya mencakup pengelolaan kebijakan agama, penyebaran nilai-nilai keagamaan yang toleran, dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia.
Sebelumnya, ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa. Pada 2004, Yaqut terjun ke arena politik praktis dan menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang (2004–2005). Lalu, ia mencalonkan diri menjadi calon wakil bupati mendampingi Moch. Salim pada Pilkada 2005 dan terpilih menjadi Wakil Bupati Rembang (2005–2010).
Meskipun keduanya memiliki peran yang berbeda dalam ranah politik dan keagamaan, hubungan kekerabatan antara Yaqut Cholil Qoumas dan Yahya Cholil Staquf menunjukkan solidaritas keluarga dalam melayani masyarakat dan agama Islam. Meskipun , keduanya telah menegaskan bahwa hubungan kekerabatan mereka tidak memengaruhi tugas dan keputusan mereka dalam lingkup pekerjaan masing-masing.
Seperti tokoh publik lainnya, Yaqut Cholil Qoumas dan Yahya Cholil Staquf tidak luput dari sorotan dan kritik. Beberapa pihak menyoroti hubungan kekerabatan mereka sebagai potensi konflik kepentingan atau penyalahgunaan kekuasaan. Hubungan keduanya menunjukkan kompleksitas antara politik dan keagamaan di Indonesia.
Pilihan Editor: Yahya Cholil Staquf Umumkan Maju Jadi Calon Ketua Umum PBNU