TEMPO.CO, Jakarta - Ratna Sarumpaet kembali menjadi perbincangan publik lantaran aksinya keluar rumah dengan mobil saat perayaan Nyepi di wilayah Banjar Tandeg, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, pada Senin, 11 Maret 2024.
Tindakannya tersebut menambah sederet kontroversi yang pernah dilakukannya. Apa saja kontroversi tersebut?
1. Kasus Hoax
Ratna Sarumpaet pernah menghebohkan media sosial dengan mengatakan dirinya dikeroyok yang menyebabkan wajahnya babak belur. Sejumlah tokoh politik saat itu pun sempat melontarkan pernyataan mengenai penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet. Namun, Ratna akhirnya mengakui bahwa dirinya saat itu berbohong mengenai kabar pengeroyokan yang menimpanya.
Berita pengeroyokan Ratna Sarumpaet pertama kali muncul di Facebook lewat akun Swary Utami Dewi. Unggahan itu berisi sebuah tangkapan layar yang berisi dari aplikasi pesan WhatsApp pada 2 Oktober 2018 serta foto Ratna.
Lalu, beberapa politikus merespons unggahan tersebut dengan nada mengecam aksi pengeroyokan itu. Beberapa ada yang menjelaskan kronologi bahwa Ratna dikeroyok oleh orang tak dikenal dan dimasukkan ke dalam mobil. Pengacara Ratna juga menyampaikan demikian.
Ratna kemudian menggelar konferensi pers untuk mengatakan berita itu tidak benar. Dirinya mengaku sedang menjalani operasi sedot lemak di bagian wajah yang membuatnya bengkak dan terlihat seperti babak belur. Ratna mengaku berbohong karena ingin membuat alasan untuk anaknya agar tidak curiga setelah dirinya melakukan sedot lemak.
2. Aksi Panggung Dirisak
Ratna Sarumpaet dikenal sebagai aktivis bahkan sejak era Orde Baru. Dirinya kerap memberikan kritik kepada penguasa. Sama seperti pada 2016 saat dirinya ingin mengkritik Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja purnama atau Ahok.
Ratna yang memiliki latar belakang seni dan pernah menjadi sutradara drama, pernah ingin melakukan aksi Panggung Rakyat Tangkap Ahok di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Aksi itu kemudian menjadi sorotan pendukung Ahok karena panggung yang akan digelar ibunda artis Atiqah Hasiholan itu digagalkan petugas kepolisian. Setelahnya dirinya menjadi bulan-bulanan para pendukung Ahok dan banyak yang mengatakan jika Ratna hanya ingin mencari panggung.
3. Pernah Tersinggung karena Majalah Time
Seorang jurnalis Majalah Time, Yenni Kwok, menulis sebuah artikel berjudul “This Indonesian Nazi Video Is One of the Worst Pieces of Political Campaigning Ever” yang mengkritik soal video kampanye Ahmad Dhani untuk calon presiden Prabowo Subianto.
Yenni mengatakan video kampanye ke dalam kategori buruk karena pemakaian kostum oleh Ahmad Dhani yang mirip dengan seragam pemimpin Schutzstaffel (SS)--pasukan khusus Nazi--Heinrich Himmler.
Atas pernyataan Yenni itu, Ratna Sarumpaet tidak terima dan mengatakan apa yang ditulis Yenni tidak benar. Ratna menambahkan jika seorang jurnalis harus menulis berdasarkan fakta, bukan opini pribadi. Dirinya juga mengatakan jika jurnalis asing tidak bisa menilai buruk-baiknya suatu kampanye di Indonesia menurut versinya sendiri.
DIAS PRASONGKO| ALIA FATHIYAH
Pilihan Editor: Deddy Corbuzier Deklarasi Anti Hoax Bersama Polda Metro Jaya, Singgung Kasus Ratna Sarumpaet