Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peluncuran Film Dokumenter 'Yang (Tak Pernah) Hilang', Saksi Mengaku Ditawari Seseorang Melihat Kuburan Herman Hendrawan dan Bimo Petrus

Reporter

image-gnews
Kakak Herman Hendrawan, Hera Haslinda (pegang microfon) dan ayah Petrus Bima Anugerah, Utomo Raharjo, menghadiri grand launching film dokumenter
Kakak Herman Hendrawan, Hera Haslinda (pegang microfon) dan ayah Petrus Bima Anugerah, Utomo Raharjo, menghadiri grand launching film dokumenter "Yang (Tak Pernah) Hilang" di auditorium kampus Untag Surabaya, 5 Maret 2024. TEMPO/Kukuh S. Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Komunitas #KawanHermanBimo melakukan grand launching film dokumenter Yang (Tak Pernah) Hilang di auditorium lantai 6 kampus Universitas 17 Agustus Surabaya, Selasa malam, 5 Maret 2024. Peluncuran film tentang penghilangan paksa aktivis 1998 Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah itu dihadiri oleh keluarga korban.

Mereka yang hadir ialah ayah Petrus Bima Anugerah, Utomo Raharjo, dan kakak Herman Hendrawan, Hera Haslinda. Utomo datang langsung dari Malang, adapun Hera terbang dari Pangkalpinang, Bangka Belitung. Mantan konseptor Partai Rakyat Demokratik (PRD), Danial Indrakusuma, turut menyaksikan film tersebut.

Film berdurasi 2 jam itu mengisahkan aktivisme Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah alias Bimo Petrus alias Bimpet, dua mahasiswa Fisip Universitas Airlangga, sebagai anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan PRD, sejak masih aktif mengorganisir aksi buruh dan mahasiswa di Surabaya, hingga hijrah ke Jakarta karena penugasan organisasi.

Produser Yang (Tak Pernah) Hilang, Dandik Katjasungkana, mengatakan ada 35 kesaksian orang-orang dekat Herman dan Bimo Petrus dalam film tersebut. Mereka ialah keluarga korban dan kawan-kawan korban yang pernah berjumpa di saat-saat akhir sebelum keduanya hilang.

Menurut Dandik pembuatan film dokumenter tersebut dilakukan sejak 2019. Namun prosesnya sempat tersendat-sendat karena terhalang pandemi Covid-19. Kendala makin bertambah karena penggagas film itu, Hari Nugroho, meninggal pada 2020.

“Film ini selain kami maksudkan untuk memperjuangkan penyelesaian kasus penghilangan paksa aktivis 1998, juga bertujuan sebagai memorialisasi buat  generasi milenial yang berjarak baik secara usia maupun peristiwa, supaya mereka paham betul bahwa ada situasi masa lalu yang masih menjadi tanggung jawab negara untuk diselesaikan,” tutur Dandik.

Dari sejumlah testimoni dalam film itu, terdapat tiga pengakuan paling menarik ihwal keberadaan korbaan. Muhammad Sholeh, mantan anggota PRD Surabaya yang sempat dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Kalisosok karena demo buruh di kawasan industri Tanjungsaari mengatakan, ia pernah ditawari oleh seorang tokoh terkenal yang dekat dengan jenderal purnawirawan tentara yang diduga berkaitan erat dengan penghilangan paksa aktivis 98.

Menurut Sholeh, si tokoh itu bersedia menunjukkan makam Herman dan Bimo Petrus hanya supaya ia tahu saja. Setelah tahu lokasinya, tokoh tersebut meminta Sholeh menyimpan rapat rahasia keberadaan makam tersebut.

“Karena ada syarat seperti itu, saya enggak mau. Akhirnya tidak jadi. Saya ingin kalau ia mau menunjukkan makam Herman dan Bimo, sekalian saja ayo kita buka kasus ini bersama-sama,” kata Sholeh dalam film itu.

Sholeh, yang kini berprofesi sebagai advokat, mempersilakan pernyataanya di film itu dikutip Tempo. “Silakan (dikutip), tokoh yang menawari saya itu saat ini juga masih hidup,” kata dia sambil menyebutkan secara off the record nama orang tersebut.

Kesaksian lain yang menarik diutarakan oleh mantan aktivis Promega, Budi Harjanto. Budi yang rumahnya di Tanjungsari mengaku ikut aksi buruh yang diorganisir oleh SMID dan PRD padaa 1996. Saat itu Herman Hendrawan sempat singgah ke rumahnya dan diberi celana bikinan istrinya.

"Saya lihat celananya kotor, lalu saya beri celana yang bersih untuk ganti. Celana itu yang menjahit istri saya sendiri,” kata Budi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Budi berujar sempat datang ke Pulau Seribu, Jakarta, ketika mendengar kabar diketemukan beberapa jenazah di dalam kontainer yang diangkat dari dasar laut. Menurut Budi kondisi jenazah-jenazah itu sudah berupa tulang belulang sehingga sulit dikenali.

"Saya kaget karena salah satu jenazah itu mengenakan celana seperti bikinan istri saya. Apakah ia Herman Hendrawan?” kata Budi. Herman Hendrawan hilang  di Jakarta setelah konferensi pers di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta, 12 Maret 1998.

Mantan anggota PRD, Sereida Tambunan, mengatakan bersama Bimo Petrus di saat-saat akhir sebelum ia hilang pada 30 Maret 1998. Ketika itu, kata Sereida, Bimo Petrus pamit akan menemui seseorang bernama Abduh di Grogol.

Sereida mengaku akan ikut, namun dilarang Bimo karena situasinya tak menentu. “Ia berpesan, jika sampai jam 13 tidak ada kabarnya, berarti hilang. Itulah saat terakhir saya bertemu Bimo Petrus,” kata Sereida.

Danial Indrakusuma menilai Yang (Tak Pernah) Hilang bagus untuk memberikan penjelasan tentang kekejian tindakan-tindakan di luar hukum yang dilakukan rezim Presiden Soeharto. “Dan untuk menjelaskan bahwa rezim-rezim setelahnya pun tak mampu menyelesaikan kasus tersebut,” kata Danial.

Menurut Danial penuntasan kasus penghilangan paksa juga penting untuk menghapus stigma buruk mengenai gerakan mahasiswa dan rakyat menumbangkan rezim otoriter. “Kami distigmatisasi negatif tak ubahnya kriminal, serta dihubung-hubungkan dengan ideologi komunis,” kata Danial.

Sedangkan Utomo Raharjo menuturkan sangat menghargai jerih payah kru pembuat film dokumenter yang masih peduli pada Herman dan Bimo. Ia salut karena sampai saat ini masih ada orang-orang yang menyuarakan kebenaran dan keadilan.

“Bapak (saya) ini enggak bisa melakukan apa-apa, ini hanya kebaikan Tuhan maka terjadilan acara yang seperti ini. Itu bukan suatu kebetulan, pemahaman Bapak sebagai orang beriman adalah kemurahan Tuhan. Tuhan peduli pada mereka,” kata Utomo yang kini berusia 79 tahun.

Pilihan Editor: Aksi Kamisan ke 806 Soroti Pemberian Jenderal Kehormatan ke Prabowo: Menyakiti Keluarga Korban Penghilangan Paksa 1998


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Para Pemeran Film Officer Black Belt

2 jam lalu

Kim Woo Bin dalam film Officer Black Belt. Dok. Netflix
Para Pemeran Film Officer Black Belt

Kim Woo Bin berperan sebagai Lee Jung Do, pria biasa dengan kemahiran taekwondo, kendo, dan judo dalam film Officer Black Belt


Speak No Evil: Sinopsis dan Para Pemerannya

1 hari lalu

Film Speak No Evil. Foto: Universal Pictures Canada
Speak No Evil: Sinopsis dan Para Pemerannya

Speak No Evil yang dirilis pada 2024 memuat beberapa perubahan dengan cerita yang versi sebelumnya


MNC Mengakuisisi Multivision Senilai Rp 309,71 Miliar, Profil Hary Tanoesoedibjo dan Raam Punjabi

1 hari lalu

Hary Tanoesoedibjo.  ANTARA/Muhammad Adimaja
MNC Mengakuisisi Multivision Senilai Rp 309,71 Miliar, Profil Hary Tanoesoedibjo dan Raam Punjabi

MNC mengakuisisi Multivision. Dua perusahaan besar ini dimiliki Hary Tanoesoedibjo dan Raam Punjabi, simak profilnya.


Jumlah Penonton Film Victory Diragukan, Hyeri: Banyak Cobaan Berat Sejak Awal

2 hari lalu

Hyeri membagikan beberapa cuplikan foto dari film terbarunya yang berjudul Victory. Instagram.com/@hyeri_0609
Jumlah Penonton Film Victory Diragukan, Hyeri: Banyak Cobaan Berat Sejak Awal

Dibintangi Hyeri, film Victory dituduh melakukan pembelian tiket dalam jumlah besar yang disengaja untuk memanipulasi perolehan skor box office.


Hary Tanoe Lewat MNC Digital Entertainment Akuisisi Perusahaan Milik Raam Punjabi Senilai Rp309,71 Miliar

3 hari lalu

Presiden kelima Megawati Soekarnoputri bersama Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibyo saat menghadiri Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Partai Perindo di iNews Tower, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa, 30 Juli 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Hary Tanoe Lewat MNC Digital Entertainment Akuisisi Perusahaan Milik Raam Punjabi Senilai Rp309,71 Miliar

Total nilai akuisisi Hary Tanoe ditaksir mencapai Rp309,71 miliar.


Pemeran Film Home Sweet Loan

4 hari lalu

Film Home Sweet Loan. Dok. Visinema Pictures
Pemeran Film Home Sweet Loan

Home Sweet Loan film Indonesia terbaru yang akan tayang di bioskop pada 26 September 2024


James Earl Jones: 5 Film yang Dibintanginya, Pemeran dan Pengisi Suara

4 hari lalu

James Earl Jones. REUTERS/Carlo Allegri
James Earl Jones: 5 Film yang Dibintanginya, Pemeran dan Pengisi Suara

Aktor kawakan Hollywood yang juga pengisi suara Darth Vader dalam film Star Wars, James Earl Jones meninggal pada usia 93 tahun


Profil Kim Moo Yeol yang Membintangi 3 Drakor pada 2024

5 hari lalu

Aktor Kim Moo Yeol. Dok.Instagram
Profil Kim Moo Yeol yang Membintangi 3 Drakor pada 2024

Kim Moo Yeol membintangi, Sweet Home 3, Queen Woo, No Way Out: The Roulette


Senang Terima Tantangan, Yeri Red Velvet akan Main Film Horor

6 hari lalu

Yeri Red Velvet. Foto: Instagram/@sm_actist
Senang Terima Tantangan, Yeri Red Velvet akan Main Film Horor

Yeri Red Velvet mengaku gugup sekaligus gembira akan membintangi film horor pertamanya.


Film Tulang Belulang Tulang: Sinopsis dan Para Pemerannya

7 hari lalu

Film Tulang Belulang Tulang. Foto: Instagram/@tulangbelulangtulangfilm
Film Tulang Belulang Tulang: Sinopsis dan Para Pemerannya

Film Tulang Belulang Tulang karya sutradara Sammaria Sari Simanjuntak akan tayang di bioskop pada 26 September 2024