TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Utama Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro, ikut menanggapi perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia alias PSI yang melonjak cukup besar dalam perhitungan data Sirekap Komisi Pemilihan Umum atau KPU pada periode awal Maret ini.
Menurut dia, kejutan demi kejutan selama Pemilu 2024 ini terjadi silih berganti, mulai hasil Pilpres sampai hasil Pileg. “Prinsipnya oke kalau kejutannya sifatnya positif, tapi kalau kejutannya justru menambah ketidakpercayaan publik, hal ini tentunya menambah beban publik,” ujar Siti ketika dihubungi Tempo, Ahad, 3 Maret 2024.
Beberapa minggu yang lalu, kata dia, para pimpinan lembaga survei mengatakan bahwa hasil rekap KPU tidak akan jauh berbeda alias kurang lebih ‘sama’ dengan hasil quick count lembaga survei. “Saat ini publik malah disuguhi tontonan yang berbeda,” ujar dia.
Hasil Pileg versi quick count menunjukkan hanya ada 8 partai politik yang bisa lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) sebesar 4 persen. Namun, dalam real count KPU, PSI yang diprediksi tidak lolos justru menunjukkan angka di atas rata-rata quick count.
“Lantas apa yang salah dengan prediksi tersebut? Apakah real count KPU bisa dipercaya?” kata dia. “Apakah kampanye langsung yang dilakukan Presiden Joko Widodo dengan mengatakan ‘PSI pasti menang’ itu mewajibkan PSI harus benar-benar menang, sehingga segala cara apa pun akan dilakukan pokoke menang? Hal ini yang akan disoal publik luas.”
Lebih lanjut, Siti menyoroti sejumlah partai-partai baru lain yang tidak mendapat perhatian seperti Perindo, Partai Ummat dan lainnya. “Bahkan PBB yang sudah sejak lama ikut pemilu dan Ketum PBB Yusril sudah bergabung mendukung paslon 02 pun tak lolos karena suaranya kurang dari 1 persen,” ucap peneliti BRIN itu.
Menurut dia, jika PSI lolos ke Senayan, maka hal tersebut akan menimbulkan kecurigaan publik. Kecurigaan publik dan ketidakpuasan partai-partai lain yang tak lolos pun bisa mempertanyakan validitas dan akurasi penghitungan KPU terhadap perolehan suara PSI. “Apalagi public distrust terhadap KPU cenderung tinggi selama Pemilu 2024,” ujar Siti.
Anomali suara partai yang saat ini dipimpin oleh putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, misalnya terlihat pada Jumat pekan lalu. Dalam waktu sehari, PSI memperoleh 101.426 suara setelah data Sirekap menunjukkan ledakan. Data Sirekap pada pukul 14.00 WIB, Sabtu, 2 Maret 2024, memperlihatkan suara PSI bertambah 0,12 persen dalam sehari.
Suara PSI bertambah dari 2.300.600 pada 1 Maret 2024 pukul 12.00 WIB menjadi 2.402.026 suara atau 3,13 persen, pada Sabtu, 2 Maret pukul 14.00 WIB. Sementara pada Senin, 4 Maret pagi ini, suara PSI bertambah menjadi 2.404.207 suara. Jumlah tersebut berdasarkan jumlah penghitungan di 542.025 dari 823.236 tempat pemungutan suara (TPS) atau setara 65,84 persen.
Pilihan Editor: Sederet Pembelaan Politikus PSI soal Suara Partainya Melonjak di Sirekap KPU