TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM Universitas Trisakti, Vladima Insan Mardika, mengaku mendapatkan intimidasi saat mempersiapkan pembacaan maklumat berjudul Selamatkan Demokrasi Melawan Tirani Baru oleh sivitas akademik Universitas Trisakti.
“Kami mohon maaf adanya kekurangan dalam mikrofon ataupun speaker yang tak kami sediakan karena ini salah satu bentuk dari represifi yang terjadi kepada kami. Banyak hari ini pihak-pihak yang mengerti kami akan melakukan suatu deklarasi, pengumuman, membacakan maklumat triskati melawan tirani baru,” katanya di Tugu 12 Mei Trisakti di Jalan Kyai Tapa, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jumat, 9 Februari 2024.
Adapun bentuk-bentuk intimidasinya, kata dia, seperti dilarang masuk ke kampus oleh pihak kampus dengan alasan sedang hari libur. Padahal, menurut dia, kampus tak boleh melakukan pelarangan dengan alasan tersebut.
“Itu suatu hal yang memalukan bagi kami, terutama bagi saya sendiri presiden mahasiswa yang tak bisa membawa mahasiwa masuk ke kampus. Wakil presiden mahasiswa, Lamdar, hari ini juga mendapat intimidasi dari beberapa mantan presiden mahasiswa Trisakti. Saya tak bisa sebutkan namanya. Tapi itu fakta,” katanya.
Sementara Dosen Universitas Trisakti, Dadan Umar Daihani mengingat momen 26 tahun lalu saat Universitas Trisakti melengkapi gerakan mahasiswa lainnya. Pada saat itu, kata dia, senat guru besar menyatakan mendukung gerakan mahasiswa. “Sorenya kami dibombardir dan tepat para pahlawan reformasi meninggal di sini," ujar Dadan di Tugu 12 Mei Trisaktir. "Reformasi hukum, demokrasi berjalan, masyarakat sipil naik, tetapi 26 tahun kemudian ada gejala reformasi yang tak akan berjalan dengan baik lagi."
Menurut dia, kampus adalah tempat membangun etika, sehingga jika dilanggar maka akan menjadi persoalan. “Di luar, etika itu seperti tidak dibutuhkan. Pada 26 tahun yang lalu kami memperjuangkan itu dan kami mengingatkan kembali. Kalau proses kepemimpinan tak dilakukan secara beradab dan beretika, jangan harap tujuan Indonesia merdeka itu bisa tercapai,” kata dia.
Sebelumnya, forum lintas generasi mahasiswa, alumni, dosen, dan guru besar Universitas Trisakti membacakan maklumat berjudul Selamatkan Demokrasi Melawan Tirani Baru. Maklumat itu mendesak Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan seluruh penyelenggara negara untuk kembali ke jalur Reformasi 1998.
Sivitas akademika Universitas Trisakti mengaku memegang teguh nilai-nilai etik kebangsaan, demokrasi, dan hak asasi manusia menyatakan kekhawatiran atas matinya reformasi dan lahirnya tirani.
Vladima menentang berbagai pelanggaran etika kehidupan berbangsa yang diperlihatkan oleh penyelenggara negara, terutama oleh Mahkamah Konstitusi dan Presiden Jokowi diikuti oleh jajaran pejabat istana, Kementerian dan Lembaga hingga KPU. “Kami menolak personifikasi dan personalisasi kewajiban negara atas hak-hak rakyat untuk tujuan partisan elektoral,” katanya.
Pilihan Editor: Jokowi Bilang Tak Akan Kampanye, Ganjar: Esok Kedele, Sore Tempe