TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Ganjar Pranowo menyinggung soal intimidasi terhadap pentas teater Musuh Bebuyutan di Taman Ismail Marzuki oleh seniman Butet Kartaredjasa pada Desember tahun lalu. Menurut Ganjar, pemerintah seharusnya melindungi para seniman untuk berekspresi dan pemerintah memang mesti dikritik agar berjalan sesuai aturan yang berlaku.
“Kalau-lah mereka kemudian berekspresi, pemerintah gak perlu takut. Masa takut sama pentasnya Butet, kamu boleh lho pentas tapi enggak usah ngomong politik, enggak. Pemerintah mesti dikritik, pemerintah mesti waras, pemerintah mesti dalam track. Dan biarkan mereka mengekspresikan dengan dengan seninya dengan karakternya, dengan budayanya,” kata Ganjar dalam debat calon presiden di Jakarta Convention Center atau JCC, Senayan, Jakarta, pada Ahad, 4 Februari 2024.
Pernyataan Ganjar itu merupakan respons atas tema debat soal komersialisasi kebudayaan. Menurut dia, kalau benturan itu terjadi antara kebudayaan dengan birokrasi, Ganjar mengatakan birokrasi harusnya cukup memfasilitasi.
“Birokrat itu cukup fasilitasi saja. Para pelaku seni, budayawan, dia lah yang mengerjakan, maka budaya akan tumbuh dan pemerintah akan bisa melihat bagaimana proses kreatif itu berjalan. Apakah itu nyanyi, apakah itu filemakers, apakah itu para pencipta, penulis buku, semuanya,” kata Ganjar.
Sebelumnya, Penulis naskah pertunjukan bermuatan satire politik berjudul Musuh Bebuyutan, Agus Noor, dan seniman Butet Kartaredjasa memprotes pemanggilan staf administrasi pertunjukan oleh polisi. Sebab, menurut Agus Noor, staf tersebut tidak tahu-menahu tentang substansi intimidasi. “Kami sangat menyayangkan pemanggilan saudari Indah oleh Polda Metro Jaya,” kata Agus Noor dihubungi, Kamis, 7 Desember 2023.
Polda Metro Jaya memanggil Indah, staf administrasi dan memintanya memberikan penjelasan dalam jumpa pers di Kepolisian Sektor Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa, 5 Desember 2023. Indah dari Kayan Production menyatakan mengurus surat izin dan tidak ada intimidasi dalam penandatanganan surat tersebut.
Agus Noor dan Butet Kartaredjasa mengirimkan kronologi lengkap untuk menanggapi pernyataan polisi dan Indah setelah jumpa pers tersebut. Keduanya merupakan penanggung jawab konten pertunjukan.
Ganjar Singgung soal Mundurnya Mahfud Md dan Gerakan Kampus Jaga Demokrasi
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyinggung mundurnya Mahfud Md. sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Menurut Ganjar, calon wakil presidennya itu telah memberikan contoh untuk demokrasi yang baik.
“Dalam politik kali ini, itu mesti diberikan contoh, demokrasinya harus berjalan baik, kemudian, contoh atau teladan pemimpin yang juga baik dan tidak ada konflik kepentingan seperti yang Pak Mahfud contohkan, dia mundur. Agar ini membangun integritas yang baik,” kata Ganjar dalam debat calon presiden di Jakarta Convention Center atau JCC, Senayan, Jakarta, pada Ahad, 4 Februari 2024.
Selain itu, Ganjar juga menyinggung soal gerakan dari tokoh masyarakat sipil, organisasi, dan kampus yang bergerak untuk situasi demokrasi. Menurut Ganjar, Indonesia dalam konteks berbudaya mesti berjalan dalam koridor yang baik.
“Tentu saja keresahan muncul, baik dari Gus Mus, Muhammadiyah, Romo Frans Magnis, Goenawan Mohamad, dan kampus-kampus mesti menjadi catatan kita bersama,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, suara-suara seperti itu muncul langsung dari masyarakat yang ia dengarkan ketika berkampanye. Ganjar juga sempat mengutip jargonnya soal tuannya adalah rakat.
“Karena itulah suara-suara rakyat yang kami dengarkan oleh Ganjar-Mahfud. Ketika kami tidur di rumah penduduk, ketika kami mendengarkan mereka, maka mereka seluruh unek-unek-nya, kenapa kami sampaikan, tuanku adalah rakyat dan jabatannya ini hanyalah mandat,” kata Ganjar memungkasi pemaparan visi dan misinya.
Pilihan Editor: Anies Singgung Banyak Masalah Rakyat Tak Jadi Perhatian Segelintir Elit di Debat Capres