TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Megawati Soekarnoputri berorasi dalam kampanye akbar pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sabtu 3 Febriari 2024. Megawati secara tegas meminta kepada aparat TNI-Polri untuk tidak mengintimidasi rakyat, termasuk simpatisan partainya.
"Hei polisi, jangan lagi intimidasi rakyatku. Hei tentara, jangan lagi intimidasi rakyatku. PDI Perjuangan adalah partai sah di republik ini, artinya diizinkan untuk mengikuti yang namanya pemilu, pemilihan umum langsung adalah hak rakyat, bukan kepunyaan kalian," kata Megawati pada Sabtu sore, 3 Januari 2024.
Selain itu, Megawati juga menyebut jika saat ini masyarakat Indonesia harus sadar terhadap upaya yang dilakukan segelintir pihak yang ingin melanggengkan kekuasaan. Dia menyebut masyarakat tidak boleh dipecah-belah.
"Bayangkan kalian ini sebagai pewaris kemerdekaan ini seharusnya harus tahu siapa pun orangnya, kalau merasa sebagai warga negara Indonesia, maka sebenarnya kita tidak boleh dipecah-pecah, hanya karena berkeinginan untuk melanggengkan kekuasaan," tanya Mega.
Tak hanya itu, Megawati juga menyinggung soal kesetaraan semua masyarakat di negara hukum seperti Indonesia. Dia menyebut presiden, menteri, dan sebagainya posisinya setara sebagai masyarakat di hadapan hukum.
"Jadi kalau ada yang berniat atau melakukan hal-hal yang merugikan rakyat Indonesia. Kenapa, kenapa, karena perundangan kita itu melindungi seluruh rakyat Indonesia, dimana pun mereka berada. Apa dia presiden, apa dia menteri, apa dia namanya TNI, Polri, dia adalah rakyat Indonesia,” kata Megawati.
Hak Bersuara Rakyat Harus Digunakan
Megawati Soekarnoputri mengatakan dengan lantang bahwa rakyat yang penakut karena tidak mengerti perundang-undangan."Tidak mau dan maunya hanya disuruh-suruh, haknya tidak dipergunakan," kata Megawati.
Pernyataan presiden ke-5 tentang "rakyat penakut" itu bermula dari pertanyaanya bahwa siapa yang kerap menerima bantuan sosial (bansos). Namun jawaban para pendukung, loyalis, yang hadir di GBK, menurut dia, belum menjawab dengan keras.
Megawati meminta para pendukung itu supaya menjawab lagi pertanyaanya apakah dengan keras menyukai pemimpin yang suka mengintimidasi rakyat. "Sampai di sini mau meledak, kan Ibu yang sudah tua aja bisa. Tidak...! Susah amat sih, keluar suara. Itu karena penakut," tutur Megawati, di tribun VIP, sebelum Ganjar Mahfud berpidato.
Selanjutnya, kata Mega, hak rakyat untuk bersuara itu harus digunakan. Hak itu, kata Megawati, terlindungi oleh undang-undang Republik Indonesia. "Bukan undang-undang si Badu atau apa. Ingat, lho," tutur Megawati, di hadapan ribuan pendukung Ganjar-Mahfud.
Megawati juga menyinggung soal pemilihan presiden atau Pilpres 2024. Menurut dia, kader PDIP sudah berjanji memenangkan pasangan Ganjar-Mahfud satu putaran, maka dukungan kepada pasangan nomor urut 3 itu harus menang dalam satu putaran.
"Kalau misalnya Bu, enggak bisa satu putaran, karena diintimidasi, Bu. Udah jangan jadi anggota PDI Perjuangan," kata presiden ke-lima itu sambil menggoyang tangannya. "Keluar ae (saja), karena yang namanya anak buah saya itu kayak banteng ketaton."
ADIL AL HASAN | IHSAN RELIUBUN
Pilihan Editor: Soal Petisi ke Jokowi, Hasto PDIP: Nurani Perguruan Tinggi Terpanggil Suarakan Demokrasi