Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjelang Debat Capres Terakhir, PSPK Soroti Akses Pendidikan Berkualitas yang Belum Tercapai

image-gnews
Murid baru kelas 1 SDN 010 Cidadap berkumpul bersama murid lain pada hari pertama sekolah pasca libur kenaikan kelas, 17 Juli 2023. Sekolah ini hanya memiliki 15 murid baru di kelas 1 berdasarkan seleksi zonasi. TEMPO/Prima Mulia
Murid baru kelas 1 SDN 010 Cidadap berkumpul bersama murid lain pada hari pertama sekolah pasca libur kenaikan kelas, 17 Juli 2023. Sekolah ini hanya memiliki 15 murid baru di kelas 1 berdasarkan seleksi zonasi. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) menilai akses pada pendidikan berkualitas dan berkeadilan untuk setiap anak masih belum tercapai. Hal itu dapat dilihat dari rendahnya daya tampung siswa baik SMP/MTS hingga jenjang SMA. Menurut data yang dihimpun PSPK, terdapat 32 kabupaten/kota di Indonesia yang masih mengalami kekurangan daya tampung di jenjang SMP/MTs.

"Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada anak yang belum terpenuhi hak-nya untuk menempuh pendidikan dasar (SMP)," kata Direktur Eksekutif PSPK, Nisa Felicia Faridz melalui Surat Rekomendasi Kebijakan untuk Pendidikan Berkualitas yang Berkeadilan dan Berpihak Kepada Anak yang diterima Tempo pada Selasa, 30 Januari 2024.

Surat rekomendasi itu juga telah disampaikan oleh PSPK kepada pasangan capres-cawapres 2024. Pemberian rekomendasi itu diharapkan dapat menjadi masukan bagi mereka untuk bidang pendidikan jika nanti terpilih sebagai presiden-wakil presiden. Persoalan akses pendidikan yang berkualitas juga diharapkan dapat dibahas dalam debat capres terakhir yang mengangkat isu mengenai kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia dan inklusi.

Berdasarkan Pasal 31 UUD Negara RI Tahun 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat dua kebijakan dalam menunjang akses pembelajaran yang berkeadilan, dilihat dari pemenuhan daya tampung dan meratanya kesempatan pendidikan. "Saat ini, akses pada pendidikan berkualitas dan berkeadilan untuk setiap anak masih belum tercapai. Dibutuhkan kehadiran pemerintah untuk mendukung terpenuhinya hak anak untuk pendidikan berkualitas dan terjangkau (tidak berbiaya atau berbiaya rendah)," kata Nisa.

Menurut Nisa, dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, hanya 273 kabupaten/kota yang kebutuhan daya tampungnya dapat dipenuhi oleh SMP Negeri/sederajat. Sisanya sekitar 46 persen, perlu dukungan sekolah swasta dalam memenuhi kebutuhan daya tampung sehingga akses pendidikan belum sepenuhnya gratis. 

Kesenjangan pendidikan

Nisa mengatakan jika dilihat berdasarkan kualitas, terdapat kesenjangan kualitas yang ditunjukkan oleh hasil akreditasi satuan pendidikan negeri dan swasta. Satuan pendidikan swasta masih didominasi dengan akreditasi B sekitar 51 persen untuk SMP dan 60 persen untuk MTs.

"Kesenjangan yang besar terjadi terutama pada madrasah swasta dimana akreditasi B dan C lebih dominan sekitar 85 persen dari total madrasah swasta," kata Nisa.

Tak hanya SMP atau MTS saja, Nisa mengatakan, pada jenjang SMA, terdapat 109 Kabupaten/Kota yang masih mengalami kekurangan daya tampung, baik sekolah negeri maupun swasta. Dengan demikian, di daerah tersebut masih terdapat anak-anak yang tidak dapat menempuh pendidikan menengah karena daya tampung yang kurang.

Di sisi lain, dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, hampir di 70 persen atau 345 kabupaten/kotanya, terdapat SMA/SMK Negeri yang tidak mampu menampung lulusan SMP/sederajat. "Bahkan, satuan pendidikan swasta tidak selamanya dapat menyelesaikan masalah kurangnya daya tampung di satuan pendidikan negeri tersebut, seperti yang terjadi di 20 persem atau 103 kabupaten/kota," kata Nisa.

Disamping itu, penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD lebih banyak disediakan oleh swasta, yaitu sebanyak 95,6 persen sehingga akses terhadapnya ditentukan oleh kemampuan ekonomi orang tua. Menurut Nisa, dibutuhkan lebih banyak PAUD yang penyelenggaraannya didanai oleh Pemerintah.

"Agar anak-anak dari kelompok kelas menengah ke bawah juga berkesempatan untuk mengikuti program PAUD," kata Nisa.

Pemerataan kualitas PAUD di Indonesia juga perlu ditingkatkan. Sebab, hampir 50 persen dari PAUD tidak terakreditasi. Jumlah itu sekitar 10 kali lebih banyak dari yang memperoleh akreditasi A. "Artinya, sekalipun sebagian anak dapat mengikuti program PAUD, belum tentu mereka mendapatkan kualitas pembelajaran yang baik," kata Nisa.

Pilihan Editor: H-2 Debat Capres Terakhir, Kubu Ganjar dan Prabowo Bilang Begini

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mbak Cicha Peduli pada Keseimbangan Pendidikan

8 jam lalu

Mbak Cicha Peduli pada Keseimbangan Pendidikan

Keseimbangan antara kemampuan akademis, karakter, entrepreneur harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebagai kunci utama kemajuan bangsa.


Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

2 hari lalu

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

Pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas Wali Kota Gorontalo Marten Taha. Program serba gratis sejak lahir hingga meninggal, dari sekolah sampai kesehatan.


Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

6 hari lalu

Ilustrasi guru sedang berdiskusi dengan siswa sekolah.
Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.


Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

6 hari lalu

Ilustrasi dosen sedang mengajar. shutterstock.com
Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

6 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

6 hari lalu

Warga membeli seragam sekolah di Pasar Jatinegara, Jakarta, Ahad, 29 Agustus 2021. Permintaan seragam sekolah meningkat menjelang pelaksanaan sekolah tatap muka di Jakarta yang akan dimulai Senin esok, 30 Agustus 2021. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

Makna mendalam dibalik logo pendidikan Indonesia, Tut Wuri Handayani


KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

7 hari lalu

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak (tengah) bersama Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki (kedua kanan), Deputi Kementerian PPN/Bappenas Amin Almuhami (kedua kiri), Irjen Khusus Kemendagri Teguh Narutomo (kiri) dan Dirjen Dikti Kemenristek Dikti Abdul Haris (kanan), mengikuti acara peluncuran Indeks Integritas Pendidikan 2023 dan sosialisasi SPI Pendidikan 2024 di Gedung ACLC KPK, Jakarta, Selasa, 30 April 2024. Berdasarkan hasil survey KPK, indeks Integritas Pendidikan di Indonesia mendapatkan nilai 73,70 dengan masih dijumpai beberapa temuan terkait kejujuran akademik, gratifikasi di sekolah maupun kampus hingga penyelewengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). TEMPO/Imam Sukamto
KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.


Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

7 hari lalu

Pawai komunitas LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender)
Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.


USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

11 hari lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah


Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

12 hari lalu

Wapres terpilih yang juga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menghadiri acara pembagian sepatu gratis untuk anak-anak sekolah tak mampu di SMKN 8 Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

Gibran mengatakan para penerima sepatu gratis itu sebagian besar memang penerima program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.