TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis 98 dan eks Sekjend Partai Rakyat Demokratik Petrus Haryanto merasa prihatin dengan demokrasi di Indonesia. Sebab menjelang peringatan Aksi Kamisan ke-17 tahun pada Kamis pekan lalu, akun media sosial X Aksi Kamisan hilang.
“Kami prihatin, sudah 17 tahun para keluarga korban, pegiat HAM, ibu korban pelanggaran HAM berat masa lalu dengan gigih berada di depan Istana menanti keadilan dari presiden satu ke presiden lain, termasuk Presiden Jokowi dalam 9 tahun ini, tapi suara mereka tak didengar,” katanya di acara Selamatkan Demokrasi Indonesia bertajuk Apa Saja Boleh Beda, Musuh Kita Tetap Sama di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta pada Ahad, 21 Januari 2024.
Menurut dia, pemerintah selama 17 tahun tak menunjukkan rasa empati terhadap perjuangan para keluarga korban yang setiap Kamis berdiri di depan Istana Negara dengan payung hitam itu. “Bahkan akhir-akhir ini dibalas dengan akun Twitter (X) Aksi Kamisan yang menghilang menjelang peringatan kamisan yang ke-17. Kami mengecam tindakan menghilangkan akun Aksi Kamisan itu,” ujar Petrus.
Petrus mengatakan, bersama teman-teman aktivis 98 menuntut keadilan, dan mengecam penghilangan akun karena dinilai sebagai upaya mengembosi Aksi Kamisan.
“Masyarakat kecewa atas Jokowi yang menarik mundur proses demokrasi selama proses pemilu ini. Baik itu terjadi ketika MK memberikan karpet merah kepada Gibran, maupun Jokowi tanpa tedeng aling-aling menyalahgunakan kekuasaan,” ujarnya.
Sebelumnya, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) membenarkan hilangnya akun X @aksikamisan pada Rabu, 17 januari 2024. Saat itu, jagad media sosial X ramai memperbincangkan akun Aksi Kamisan yang tak bisa diakses.
“Teman-teman sedang berusaha untuk mengembalikan atau memulihkan akunnya," kata Kepala Divisi Kampanye dan Jaringan KontraS Ahmad Sajali dalam pesan tertulisnya kepada Tempo, Rabu, 17 Januari 2024.
Pilihan Editor: Arsul Sani soal Keakraban dengan Anwar Usman: Sahabat Secara Personal