TEMPO.CO, Boyolali - Calon Presiden (Capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo menjenguk relawan korban penganiayaan yang diduga dilakukan beberapa anggota TNI Yonif 408/Sbh di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Ahad malam, 31 Desember 2023. Ada dua relawan Ganjar yang saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan Arang Boyolali.
Pantauan di RSUD Pandan Arang, Boyolali, Jawa Tengah, Ganjar didampingi istrinya, Siti Atikoh tiba di lokasi sekitar pukul 21.14 WIB. Ganjar langsung memasuki ruang rawat korban. Sekitar 20 menit kemudian atau sekitar pukul 21.34 WIB, mantan Gubernur Jawa Tengah itu keluar.
Ditemui awak media seusai menjenguk dua relawannya, Ganjar mengungkapkan kondisi mereka. Ia mengaku sempat berbincang dengan salah satu dari mereka tentang kronologi kejadian penganiayaan.
"Ya dari 7 anak ada 2 yang sekarang masih dirawat. Yang satu tadi saya tidak sempat ngomong karena masih tidur. Kondisinya masih bengkak-bengkak. Yang satu lagi sudah bisa diajak bicara. Hasil pemeriksaan dokter, kondisi membaik, bagus. Tidak ada gegar otak, tulang tengkorak bagus, hanya memar, dan 1 patah gigi," kata Ganjar.
Dari relawan yang sempat ditemuinya itu, ia mengaku mendapat informasi tentang kronologi kejadian penganiayaan yang terjadi pada Sabtu, 30 Desember 2023 tersebut. Namun, Ganjar enggan merinci secara detail pengakuan relawan tentang apa yang dialami.
Dari cerita salah seorang relawannya itu, Ganjar menuturkan korban yang saat itu sedang berhenti di lampu merah tiba-tiba dipukul, ditarik ke dalam Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Sbh, kemudian dipukuli orang berseragam.
"Jadi dia cerita. Jadi kalau ada penjelasan lainnya saya rasa ada pengadilan untuk itu. Biar penjelasannya tidak ting blasur (simpang siur), semuanya sama. Sedangkan yang kedua tadi kita tidak tahu ceritanya seperti apa karena saya tidak sempat bicara," kata dia.
Ganjar menyesalkan kejadian tersebut. Namun, menurutnya kejadian itu menjadi sebuah peringatan untuk siapa pun bahwa jika terjadi pelanggaran seharusnya segera diserahkan kepada aparat yang harus menangani tanpa harus ada aksi main hakim sendiri.
"Saya kira ini peringatan untuk siapa pun ya bahwa kalau ada yang melanggar kasih kepada aparat yang harus menangani. Nggak ada cerita main hakim sendiri. Ini cerita rakyat yang harusnya bisa diingatkan. Siapa pun tidak boleh mengatasnamakan apa pun dengan semena-mena," katanya.
Ganjar menambahkan pihaknya akan segera berkomunikasi dengan jajaran pimpinan TNI Angkatan Darat untuk mengikuti perkembangan kasus penganiayaan yang dialami relawannya.
"Saya akan bicara dengan Panglima TNI, Pak Kasad, juga dengan Pak Pangdam. Ya sambutannya baik, agar ada tim dari saya untuk bisa dikomunikasikan terus-menerus mengenai perkembangannya dan kami akan ikuti terus sekaligus ini juga untuk peringatan bagi siapa pun untuk tidak melakukan tindakan semena-mena," tegasnya.
Ganjar pun berjanji akan mengingatkan kepada para pendukungnya agar senantiasa tertib sehingga tidak memancing kemarahan pihak lain. "Kami juga akan ingatkan pendukung kami agar mereka tertib agar tidak memancing kemarahan karena ada juga kejadian di Jogja ada yang meninggal. Jadi cerita-cerira ini harus jadi contoh agar kejadian serupa tidak terulang," ucap dia.
Di sisi lain, Ganjar menyebut untuk biaya pengobatan para korban sudah ditanggung tim dari PDIP.
Selanjutnya, pernyataan dari TNI...