TEMPO.CO, Depok - Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara atau PKN Anas Urbaningrum ungkap alasan partainya belum tentukan arah dukungan ke salah satu pasangan capres-cawapres di pemilu 2024.
Anas menegaskan bahwa PKN pada waktunya nanti akan menentukan pilihan mendukung salah satu pasangan capres-cawapres. "Sekarang memang belum karena kan nomor satu PKN belum bisa mengusung," kata Anas di Lapangan Dongkrak, Jalan, H. Icang, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok, Sabtu, 23 Desember 2023.
Kedua, lanjut Anas, saat menentukan dukungan partainya tidak menilai hanya berdasarkan sosoknya global capres dan cawapresnya, tetapi PKN harus meneliti dengan detail.
"Meneliti betul selengkap mungkin pikiran-pikiran gagasannya, program-programnya dan komitmennya untuk Indonesia 5 tahun yang akan datang atau bahkan jauh ke depan," ungkap Anas.
Menurut Anas pada masa kampanye ini waktu yang tepat untukmenilai pikiran, gagasan dan program paslon, salah satunya lewat debat kandidat capres dan cawapres.
"Jadi masih ada waktu dan kesempatan bagi PKN untuk melakukan penilaian secara lengkap, secara utuh dan secara referensif sebelum menentukan pilihan," papar Anas.
Sebab, PKN tidak tidak ingin ikut-ikutan yang penting dukung pasangan A, B atai C, tetapi partainya punya tradisi baru bahwa mendukung itu alasannya harus lengkap.
"Salah satu pertimbangan itu tadi hal-hal yang bersifat substantif, yang itu pikirannya gagasannya, programnya dan komitmennya untuk Indonesia jadi tidak cukup sosoknya seperti apa," ujarnya.
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat juga menilai pilpres 2024 akan berlangsung 2 putaran sehingga masih ada waktu untuk meneliti paslon.
"Putaran pertama atau putaran kedua itu soal teknis, tapi yang paling penting substantif adalah ketika PKN sudah punya alasan yang lengkap, pertimbangan yang lengkap," kata Anas.
"Terutama dalam kejelasan apa yang mau dikerjakan oleh masing-masing calon minimal untuk 5 tahun yang akan datang, maka PKN akan menentukan pilihan," imbuh Anas.
Pilihan Editor: Profil Partai Kebangkitan Nusantara, Eks Sayap Partai Demokrat yang Disebut Anas Urbaningrum Bukan Partai Keluarga