TEMPO.CO, Jakarta - I Gusti Ngurah Rai dikenal sebagai pemimpin pasukan Ciung Wanara dalam Perang Puputan Margarana di Bali. Perang tersebut tepatnya terjadi di Desa Marga, Kecamatan, Margarana, Tabanan, Bali pada 20 November 1946.
Usia I Gusti Ngurah Rai saat memimpin perang itu adalah 29 tahun. Pertempuran itu disebabkan tiga faktor. Pertama, adanya faktor politik internasional yang memberikan izin kepada Belanda untuk mengambil kembali kekuasaannya di Indonesia.
Kedua, faktor politik nasional yang menempatkan Bali sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pasca-Kemerdekaan. Ketiga, faktor politik lokal, yaitu solidaritas yang dirasakan oleh masyarakat Bali dengan seluruh penduduk Indonesia dalam perlawanan terhadap penjajahan.
Dalam perang itu, I Gusti Ngurah Rai berperan memimpin pasukan dan menyusun strategi, mengatur serangan, hingga berkomunikasi dengan Pemerintah Pusat di Pulau Jawa untuk meminta bantuan.
Atas dasar peran tersebut, I Gusti Ngurah Rai diakui sebagai pahlawan nasional. Namanya diabadikan menjadi Bandara di Bali dan juga sempat diabadikan di pecahan uang lima puluh ribu.
Profil I Gusti Ngurah Rai
I Gusti Ngurah Rai lahir pada 30 Januari 1917. Dilansir dari artikel ilmiah berjudul Menggali Nilai-Nilai Kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPS, I Gusti Ngurah Rai merupakan anak dari Gusti Ngurah Pacung yang menjabat Manca atau camat.
Sedari kecil, I Gusti Ngurah Rai memiliki keterampilan dalam memimpin pasukan. Lalu, pada 1938, dirinya mengikuti pendidikan Officer Corp Prajoda di Gianyar, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Hanya beberapa orang yang berasal dari kalangan bangsawan dan orang terpandang yang bisa masuk Divisi tersebut.
Selepas menempuh pendidikan selama empat tahun, I Gusti Ngurah Rai akhirnya lulus pada 1940 dengan pangkat Letnan Dua.
I Gusti Ngurah Rai kemudian melanjutkan pendidikan ke Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO) di Magelang serta Akademi Pendidikan Arteri yang ada di Malang.
I Gusti Ngurah Rai kemudian bergabung ke pasukan Indonesia setelah merdeka pada 1945. Dia dinobatkan sebagai komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian memimpin pasukan Ciung Wanara dalam melawan penjajah Belanda di Bali dalam Perang Puputan Margarana. Ia dan 96 anggota pasukan Ciung Wanara gugur dalam perang habis-habisan itu.
ANANDA BINTANG I NAOMY A. NUGRAHENI
Pilihan Editor: 77 Tahun Lalu, I Gusti Ngurah Rai Pimpin Pasukan Berani Mati di Perang Puputan Margarana