Dari tukang sapu jadi wamendes
Jauh sebelum sukses sebagai akademisi dan kini duduk di pemerintahan, Paiman ternyata bukanlah sosok yang berkecukupan. Ia lahir dari keluarga yang tidak mampu dengan delapan bersaudara.
Hal ini disampaikan dalam buku autobiografinya berjudul "Tukang Sapu jadi Profesor" yang diterbitkan pada 2000. Di buku itu, ia menceritakan karena miskin, Paiman mengaku kesulitan untuk mengenyam bangku pendidikan.
Hingga akhirnya pada 1984, tepatnya setelah lulus SMP, Paiman memilih untuk merantau ke Jakarta. Pekerjaan pertamanya di Jakarta adalah sebagai tukang sapu di salah satu sekolah swasta.
Paiman akhirnya berhasil meneruskan pendidikan hingga lulus SMA. Tetapi begitu lulus SMA, mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Ia akhirnya bekerja sebagai satpam.
Dari hasil menabung selama menjadi satpam, Paiman melanjutkan kuliah S1 Ilmu Administrasi di Universitas Prof. Moestopo. Di kampus yang sama, ia kembali melanjutkan ke jenjang S2. Kemudian Paiman melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 di Universitas Padjadjaran Bandung.
Hingga kemudian pria berusia 56 tahun itu sukses menjadi seorang dosen. Namun selain menjadi dosen, Paiman juga menjadi seorang pebisnis.
Dia mengaku pernah membangun sejumlah usaha mulai dari usaha percetakan, warung bakso, warung nasi padang. Hingga akhirnya ia memilih untuk bisnis di bidang properti seperti kos-kosan, jual beli tanah dengan nilai investasi hingga miliaran.
Selain menjadi rektor, Paiman Raharjo juga pernah menjabat sebagai Komisioner PT Food Station Tjipinang Jaya pada 2013.
Paiman juga pernah menduduki posisi sebagai Komisaris Independen di PT Perusahaan Gas Negara (PGN) pada 2015. Paiman juga memiliki jabatan sebagai Ketua Komite Advokasi Daerah (KAD) DKI Jakarta periode 2022-2024.
IHSAN RELIUBUN | TEMPO
Pilihan Editor: Wakil Menteri Desa Urus Kemenangan Prabowo-Gibran, Hasil Rapat Disampaikan ke Jokowi dan Pratikno