TEMPO.CO, Jakarta - Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Sumatera Selatan mencatat titik api atau hotspot terhitung sejak 1 Januari - 30 September 2023 di provinsi itu mencapai 8.236 titik.
Anggota TRGD Sumsel Tarech Rasyid mengatakan titik api dibagi menjadi dua bagian, yaitu titik api di lahan mineral dan lahan gambut.
"Dari jumlah titik api (hot spot) tersebut di atas, terbagi dalam dua bagian, yaitu titik api di lahan mineral sebanyak 5.584, sedangkan titik api di lahan gambut sebanyak 2.652," katanya kepada Tempo pada Selasa, 10 Oktober 2023.
Tarech juga mengatakan jika difokuskan ke lahan gambut maka terdapat titik api di lahan gambut yang tersebar di beberapa kabupaten.
Titik api di lahan gambut itu tersebar di kabupaten Banyuasin sebanyak 415, Musi Banyuasin (149), Musi Rawas (9), Musi Rawas Utara (68), Ogan Komerig Ilir (1833), Panukal Abab Lematang Ilir (111) dan Muaraenim (70).
Tarech mengatakan, TRGD Sumsel mencatat pada 2 Oktober 2023 ada sebanyak 171 titik api di lahan mineral sebanyak 81 titik api, dan lahan gambut sebanyak 90 titik api.
"Dari 90 titik api di lahan gambut tersebut tersebar di lima kabupaten, yaitu: Banyuasin sebanyak 2, Musi Banyuasin 4, Musi Rawas Utara 1, Ogan Komering Ilir 80 dan Muara Enim ada 3," kata Tarech.
Ia mengatakan, sejak 1 Januari - 2 Oktober 2023, maka total titik api di lahan gambut Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 2.742 titik api.
Sebelumnya, Direktur Jendral Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Sigit Reliantoro datang ke Palembang menemui Pelaksana Tugas Gubernur Sumsel Agus Fatoni membahas soal Karhutla dan penanganannya.
Pertemuan pada Rabu lalu, 4 Oktober 2023 itu membahas tentang Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi setiap tahunnya di Sumsel, sebab titik api banyak yang tersebar di lahan gambut.
Sigit mengatakan, sebagian besar wilayah Sumsel adalah lahan gambut, di mana jika lahan itu mengalami kekeringan maka akan mudah terbakar dan sulit dipadamkan. Mengingat Indonesia saat ini sedang masuk musim kemarau dan ditambah dengan El Nino.
"Kita juga paham gambut itu bahan yang mudah terbakar dan jika gambut sudah kering maka susah untuk dipadamkan secara konvensional," kata Sigit.
Sigit juga mengatakan, ada tiga sebab kebakaran hutan. Pertama karena adanya El Nino atau cuaca panas yang ekstrim karena rawan terjadinya kekeringan.
Kedua, kondisi alam yaitu gambut, karena sebagian besar Sumsel ini adalah wilayah gambut, maka ketika terjadi Karhutla, gambut inilah yang menjadi sebabnya karena kondisinya kering dan mudah terbakar.
Ketiga, perilaku masyarakat yang membakar lahan. "Nah yang ketiga ini perlu untuk diingatkan, karena ini akan merusak seluruhnya, mulai dari alam, cuaca, kesehatan dan jiwa. Jadi kami imbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan," katanya di Kantor Pemimpin Provinsi (Pemprov) Sumsel.
Pilihan Editor: Mahfud Md Sebut Titik Api di Sejumlah Wilayah Meningkat