INFO NASIONAL - Pada suatu malam tahun 1906, Sir Francis Galton, ilmuwan Inggris zaman Victoria, diminta menebak berat seekor sapi di sebuah pasar malam. Dia lalu mengambil 787 hasil tebakan dari para pengunjung dan menghitung rata-ratanya. Ternyata hasilnya hanya berselisih satu pon saja dari berat sapi sebenarnya. Fenomena itu yang selanjutnya dikenal dengan kearifan kelompok (the wisdom of crowds) bisa dilihat praktiknya dalam bentuk pilihan ask the audience dalam hiburan terkenal televisi Who Wants to be a Millionaire.
Wikipedia mengikuti cara yang sama dalam menyusun artikelnya. Cara yang dikenal dengan model wiki (wiki model) itu merujuk pada kiat memecahkan masalah dengan melibatkan orang banyak untuk berkolaborasi dalam menyumbangkan waktu, pengetahuan, atau keahlian mereka. Cara baru ini mengungguli model konvensional yang ditekuni oleh Encyclopedia Britannica bertahun-tahun dari segi jumlah dan kebaruan artikel.
Miliaran penduduk bumi yang terhubung melalui internet adalah energi baru yang mengubah landskap kerja. Mereka adalah “crowds” yang menebarkan kearifan. Semua berubah, termasuk lanskap perkamusan. Kerja leksikografi yang biasanya diawaki oleh sekelompok kecil orang, bekerja secara manual menjelma menjadi sekelompok sangat besar orang yang saling terhubung dari mana dan kapan saja. Mereka berperan sebagai pengguna sekaligus sumber data kamus.
Para pengguna itu tak hanya memanfaatkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk mencari informasi yang diperlukan. Sebagai pemilik dan pengguna bahasa, mereka adalah sumber utama informasi. Platform KBBI memungkinkan mereka untuk berbagi melalui cara urun daya (crowd sourcing) ala wiki dengan mengusulkan penambahan atau perbaikan. Hasilnya, saat ini di meja redaksi KBBI ada 68.500 lebih usulan yang hampir setara dengan jumlah entri KBBI I.
Lanskap baru menawarkan kemewahan akses dan koneksi. Sejak diluncurkan tahun 2016, KBBI daring telah diakses sebanyak 226 juta kali. Pencarian harian hampir menembus angka 90 ribu dan versi luringnya sudah diunduh lebih dari enam juta kali di Android atau iOS. Statistik menunjukkan terdapat 137 ribu lebih pengguna terdaftar dan ribuan lagi yang tidak terdaftar yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri.
Adagium yang menyatakan bahwa kamus otomatis usang setelah dicetak mungkin tak relevan lagi. Dulu ada jeda panjang kekosongan acuan antara munculnya sebuah kata atau ungkapan baru dengan kodifikasinya dalam kamus. Saat ini permasalahan terpecahkan: teknologi baru menggulung jeda berlipat-lipat. Kamus-kamus besar memanfaatkan teknologi ini dengan maksimal, Oxford English Dictionary mengganti kamus cetaknya sejak 2010 dengan pemutakhiran saban empat bulan. KBBI menumpang di gerbong yang sama.
Meskipun masih menerbitkan edisi cetak, KBBI daring telah melakukan pemutakhiran dua kali tiap tahun, pada April dan Oktober yang hasilnya dapat diakses langsung. Rata-rata KBBI menambahkan perbendaharaan entri baru sekitar 2.000 setiap tahun, sehingga penambahan jumlah entrinya dapat diprediksi.
Lanskap baru juga memberi berkah pada kemudahan transformasi data. Kemudahan itu membuat KBBI edisi kelima dapat menjangkau difabel buta dan tuli melalui KBBI Braille dan KBBI Disnetra. Kamus terakhir juga digunakan oleh pengguna dengan jarak pandang terbatas.
Dari sisi produksi, teknologi informasi yang menjadi tulang punggung lanskap baru itu menghadiahi KBBI kemudahan lain. Dulu semua proses mulai dari pencarian data dilakukan secara manual, saat ini otomatisasi membalik semuanya. Pencarian data, sintesis definisi, penentuan informasi gramatikal, pemilihan contoh penggunaan, sampai pada penyuntingan akhir dimungkinkan dilakukan melalui mesin. Waktu produksi seperti digulung.
Namun demikian, model kerja ala wiki ini belum seutuhnya dapat diandalkan. Wikipedia belum diakui sebagai rujukan yang ilmiah. Datanya yang berjibun belum cukup menandingi keandalan Encyclopedia. Keandalan data sangat berkaitan erat dengan keahlian, seleksi, dan pemrosesan data yang ketat. Namun demikian, keterbukaan artikel Wikipedia untuk diperbaiki berulang-ulang membuatnya dapat menyamai keandalan artikel ensiklopedi itu.
Jadi amanat Kongres Bahasa Indonesia XI agar pemerintah mendaringkan produk kebahasaan dan kesastraan untuk dimanfaatkan seluruh masyarakat Indonesia, telah dilampaui KBBI. Namun berkaca pada Wikipedia, cara urun daya memang memiliki daya tarik tersendiri, tetapi tanpa leksikograf yang mumpuni, karya-karya referensi itu akan kehilangan otoritas yang diinginkan.
Azhari Dasman Darnis, redaktur KBBI
(*)
