TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana menjalankan program ekspor listrik energi baru terbarukan (EBT) ke Singapura. Memorandum of Understanding (MoU) antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif dan Second Minister for Trade and Industry Singapura, Tan See Leng, sudah ditandatangani di Kantor Kementerian ESDM.
Menanggapi itu, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengkritik program ekspor listrik EBT tersebut. Menurut dia, kebijakan ini tidak relevan dengan kerangka strategi ketahanan energi listrik nasional.
"Karena sekadar kerjasama business to business tidak ada hubungannya dengan program ketenagalistrikan nasional," kata Mulyanto dalam keterangan resminya, Kamis 21 September 2023.
Mulyanto melanjutkan, saat ini bauran EBT dalam negeri masih jauh dari target. Berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga EBT baru mencapai 12,73 gigawatt (GW) per semester I tahun 2023. Angka tersebut masih jauh dari target tahun 2025 yang sebesar 23 persen.
Sementara dari potensi PLTS nasional yang sebesar 33 GW, baru dimanfaatkan secara domestik hanya sebesar 80 MW. Bandingkan dengan kapasitas PLTS yang dipersiapkan untuk proyek ekspor listrik ke Singapura ini, yang sebesar 600 MW.
Baca Juga:
“Saat kinerja EBT kita masih kedodoran, sebaiknya kita fokus pada kinerja domestik. Bukan malah sibuk memikirkan kebutuhan negara lain. Ini namanya salfok. Salah fokus,” sindir Mulyanto.
Mulyanto pun melihat ada kepentingan lain dalam penandatanganan MoU pemerintah RI dengan Singapura terkait kebijakan ekspor tersebut, yakni karena ada bisnis keluarga Menteri koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang bermain dalam proyek itu.
"Secara etika bisnis juga terlihat kurang elok, karena perusahaan milik menteri dan keluarganya ikut terlibat. Pak Luhut sebagai Menko Marvest, yang sangat vokal terhadap proyek ini, diketahui terafiasi dengan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Karenanya selayaknya, Pemerintah tidak perlu ikut cawe-cawe dalam proyek ini," katanya.
Untuk diketahui, tiga perusahaan Indonesia siap menjual listrik ke Singapura, ditandai dengan ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) antara konsorsium Pacific Medco Solar Energy, PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), dan PT TBS Energi Utama (TBS) dengan produsen panel surya dan Battery Energy Storage System (BESS) pada acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta, Jumat 8 September 2023 lalu.
Pada event itu juga telah ditandatangani MoU yang berisi kesepakatan terkait kerja sama energi rendah karbon dan intekoneksi listrik lintas batas antara Indonesia dan Singapura. Singapura diperkirakan butuh impor listrik sekitar 2 Giga Watt (GW) dari Indonesia atau separuh dari total kebutuhan impor mereka hingga 2035.
PT Medco Energi Internasional Tbk (Medco Energi) resmi mengantongi persetujuan bersyarat dari Energy Market Authority (EMA) terkait proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya berkapasitas 600 megawatt (MW).
Pilihan Editor: Gerindra Ungkap Nama Cawapres Prabowo Bakal Diumumkan Jelang Pendaftaran di KPU