Pada 30 November 1957 malam, Presiden Sukarno mengunjungi Perguruan Cikini di Jalan Cikini Nomor 76, Jakarta Pusat, dalam rangka menghadiri perayaan ulang tahun ke-15 sekolah itu. Kunjungan Presiden untuk memenuhi undangan Johan Sirie, Direktur Percetakan Gunung Sari, dan Sumadji Muhammad Sulaimani, Kepala Perguruan Cikini, sebagai panitia penyelenggara.
Putra-putri Sukarno, Muhammad Guntur Sukarnoputra dan Megawati Sukarnoputri, juga belajar di sekolah tersebut. Namun tak ada yang mengira jika perayaan yang meriah penuh keriangan wajah anak-anak malam itu berubah menjadi hujan tangis tak terperi. Komplotan teroris--begitu versi Sukarno--yang tidak puas dengan kondisi politik saat itu hendak membunuh Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini.
Tanpa berpikir panjang, para pelaku menarik pemicu granat dan melemparkannya ke arah Presiden yang masih berada di tengah kerumunan anak-anak sekolah. Zulkifli Lubis, yang saat itu mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat periode 1952-1956 dan mantan Kepala Intelijen Negara yang kedudukannya di bawah koordinator Presiden Sukarno, dituding menjadi dalang di balik aksi penggeranatan.
Para penggeranat, yakni Jusuf Ismail, Sa'adon Muhamad, Raasrif Husain--ketika itu masing-masing berusia 20, 18, dan 23 tahun--dihukum mati. Ketiganya, selain menjadi anggota organisasi ilegal, yakni Gerakan Anti Komunis (GAK), juga secara formal anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Belakangan terungkap tujuan GAK dalam serangan itu bukan untuk membunuh Sukarno, melainkan hanya memperingatkan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID I SDA | TIM TEMPO
Pilihan Editor: Video Wanita Nekat Lempar Sandal ke Presiden Jokowi di Sumatera Utara