TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini, setahun lalu pada 22 Agustus 2022, terungkap alasan Ferdy Sambo merekayasa kematian ajudannya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. Eks Kadiv Propam Polri itu Sambo menyatakan bahwa rekayasa tersebut dilakukan secara spontan.
Pengakuan Ferdy Sambo itu diungkapkan kepada penyidik sebagaimana tertera dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tertanggal 22 Agustus 2022 yang sempat dilihat Tempo. Bharada Richard Eliezer alias Bharada E sebelumnya menyebut Ferdy Sambo ikut menembak Brigadir Yosua. Pengakuan itu disampaikan kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui tulisan tangan yang diterima pada 5 Agustus 2022.
Menurut pengakuan Richard, Ferdy Sambo mengakhiri eksekusi dengan menembak dua kali bagian belakang kepala Brigadir J. Adapun perintah Sambo kepada Bharada E untuk menembak disampaikan di rumah Saguling. Sementara kejadian pembunuhan terjadi di rumah Duren Tiga. Dari rangkaian peristiwa tersebut, Listyo yakin penembakan terhadap Yosua memang direncanakan.
“Mengarah ke pembunuhan berencana sudah jelas,” kata Listyo Sigit kepada Linda Trianita dari Majalah Tempo, Sabtu, 13 Agustus 2022.
Namun, kepada penyidik Ferdy Sambo mengaku hanya memerintahkan Bharada E untuk menghajar Brigadir J. Alih-alih perintah tembak. Dia juga mengaku terkejut saat Bharada E melepaskan proyektil ke Brigadir J. Hal itu, kata dia, di luar perkiraan dirinya. Sambo lantas melepaskan tembakan ke dinding. Upaya tersebut untuk mendukung skenario spontannya: baku tembak sesama polisi.
“Bahwa maksud kalimat tersebut adalah memberikan perintah untuk menghajar, bukan menembak, yang kemudian dilakukan penembakan oleh Bharada Richard Eliezer. Hal tersebut di luar perkiraan saya,” kata Sambo kepada penyidik yang memeriksanya.
Ferdy Sambo juga mengaku membuat skenario palsu lantaran untuk membela Bharada E dan menjaga kehormatannya. Dalam BAP, Ferdy Sambo bahkan menyebut Brigadir J telah melakukan perbuatan biadab terhadap keluarganya. Sebagai suami dan seorang ayah, Ferdy Sambo merasa kehormatannya diinjak-injak oleh bawahannya. Belakangan Brigadir J disebut telah melecehkan istri Ferdy Sambo.
“Saya mengakui bahwa saya salah karena memberikan informasi yang tidak benar tentang kejadian di Duren tiga. Saya melakukan hal tersebut untuk berupaya membela Bharada Richard dan menjaga kehormatan saya sebagai suami dan ayah dari anak-anak terhadap perilaku Brigadir Yosua yang biadab,” kata dia.
Selain itu, Ferdy Sambo juga menjelaskan alasan dia tak menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Sosok Kadiv Propam Polri itu menemui Kapolri pada malam hari setelah penembakan itu terjadi. Lagi-lagi, alasan Ferdy Sambo, demi menjaga kehormatan istrinya, Putri Candrawathi. Dia mengatakan, apa yang dialami istrinya adalah aib keluarga dan institusi Polri.
“Saya tidak menyampaikan fakta kejadian sebenarnya kepada Kapolri karena saya menjaga kehormatan istri saya yang sudah dinodai oleh Brigadir Nofriansyah Yosua yang akan membuat malu keluarga dan institusi Polri,” kata dia.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | TIM TEMPO.CO
Pilihan Editor: Setahun Lalu, Polri Bantah Penemuan Bunker Berisi Uang Rp 900 Miliar Milik Ferdy Sambo