Dalam cuitan tanggapannya itu, Jansen menilai Yenny menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Jokowi. Untuk itu, Jansen merasa Yenny tidak membawa perubahan jika menjadi cawapres Anies.
"Idealnya menurut saya kandidatnya ya bukan bagian rezim. Biar kontras sekalian. Itulah sikap saya. Karena bagi saya itulah gunanya pemilu dan diharapkan terjadi di pemilu. Ada perbedaan jelas antarkandidat. Jika tidak, nama 'perubahan' ini diubah saja. Karena nama 'merek' itu vital, jadi panduan bagi pemilih, jadi pembeda dalam kebijakan yg akan diambil ke depan," ungkap dia.
Jansen menegaskan perbedaan pilihan dukungan merupakan hal yang wajar. Ia pun mengenang saat mendukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 lalu.
"Sekarang Pak Prabowo yang saya dukung dulu sudah jadi bagian rezim dan pemerintahan. Jika koalisi perubahan ini terus lanjut dan maju sampai pendaftaran (tidak bubar di tengah jalan). Maka pilihan politik saya berikutnya tentunya bersebrangan dengan beliau termasuk dengan banyak kawan-kawan saya yang lain yang dulu satu barisan. Namun, namanya kawan ya tetap selamanya kawan, walau pilihan politik sekarang berbeda dan nanti mungkin kami akan berdebat keras tentang banyak hal di banyak tempat," ungkap Jansen.
Jansen pun menutup obrolan dengan mendoakan Yenny ikut berkontestasi di Pilpres 2024 dengan menjadi cawapres di koalisi lain.
Tanggapan Jansen inilah yang kemudian menuai balasan dari Yenny tadi. “Saya pusing Mas Jansen, baca tanggapannya. Muter-muter kayak tong setan di pasar malam,” kata Yenny.
Pilihan Editor: Sederet Manuver Projo, Benarkah Relawan Jokowi Ini Dukung Prabowo?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.