TEMPO.CO, Jakarta - Atase Kepolisian Kedutaan Besar Indonesia Republik Indonesia (KBRI) Wilayah Berlin Komisaris Besar Polisi Shinto Silitonga membeberkan beberapa permasalahan hukum para mahasiswa baru yang terjadi dalam semester pertama tahun 2023 di Jerman.
Di antaranya, menurut Shinto masalah yang serius dialami mahasiswa mulai dari kasus kejahatan siber ticket hunter yang menjual tiket pesawat sangat murah. "Namun ternyata tiket-tiket itu tidak dapat di-issued," kata Shinto.
Sehingga kasus kejahatan siber tiket hunter itu berdampak pada 530 korban yang dominasi WNI di hampir seluruh Jerman. Akibat kejadian itu kerugian yang diderita mencapai setara dengan Rp 10,5 miliar.
Tindak pidana lain yang terjadi adalah terkait penyebaran konten pornoaksi anak di Aachen, pembuatan konten porno public figure remaja yang menggunakan aplikasi dan disebarkan di media sosial, kasus bunuh diri mahasiswa dan program au pair (ikut dalam keluarga warga lokal) di selatan Jerman.
"Termasuk masalah hukum lain adalah pergerakan kelompok intoleran yang menyasar ke mahasiswa baru untuk direkrut dengan cara yang sistematis dan halus," kata Shinto kepada Tempo melalui sambungan seluler.
Shinto mengatakan sebagai antisipasi terhadap masalah hukum yang mengemuka di Jerman itu maka pentingnya wadah seperti Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).
“PPI bisa menjadi wadah untuk mahasiswa baru berkomunikasi, berkonsultasi dan bersama mencari solusi agar permasalahan di atas tidak terjadi," kata Shinto.
Sebab para mahasiswa baru ini saat awal datang dihadapkan pada gegar budaya atau shock culture. "Mereka saat awal datang tentu masih berupaya keras menghadapi shock culture,“ kata Shinto.
Shinto mengatakan PPI Berlin sebelumnya menyelenggarakan Acara Temu PPI Wilayah KBRI Berlin. Diselenggarakan di KBRI Berlin pada pukul 15.00 – 18.00 CET, acara dihadiri oleh 52 peserta dari pengurus PPI Berlin, Thringen, Halle, Leipzig, Greifeswald, Brandenburg, Anhalt, Dresden dan Rostock.
Selain Shinto mengisi materi dalam acara tersebut yaitu Atase Pendidikan dan Kebudayaan Profesor Andi Marwan, Atase Pertahanan Kol Infanteri Budi Wibowo dan Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler Satriyo Pringgodhani.
Untuk itulah maka Satriyo Pringgodhani mengingatkan pentingnya mahasiswa baru untuk mengisi aplikasi Lapor Diri sehingga keberadaannya di Jerman dapat terus diikuti oleh kantor perwakilan Indonesia.
“Dengan lapor diri, kami di KBRI akan dapat membangun komunikasi dengan mahasiswa Indonesia di Jerman untuk membantu dan melayani dalam proses adaptasi juga selama mahasiswa mengikuti studi,“ kata Dani melalui siaran pers diterima Tempo.
Selama ini Dani mengatakan sejumlah masalah dihadapi oleh tidak hanya mahasiswa tapi juga warga Indonesia di Jerman lainnya. Termasuk permasalahan yang disampaikan Shinto Silitonga.
Adapun Andi Marwan mengapresiasi pelaksanaan Acara Temu PPI yang digelar oleh pengurus PPI Berlin. “Tugas berat bagi pengurus PPI untuk dapat menarik minat mahasiswa dan peserta ausbildung sehingga bersedia ikut ambil bagian dalam keanggotaan dan kegiatan di PPI,“ kata Andi Marwan.
Dalam perspektif KBRI, menurut Andi Marwan, tentu saja para mahasiswa dan peserta ausbildung yang mengikuti program studi di Jerman dinilai menjadi aset sekaligus investasi SDM Indonesia yang dapat diberdayakan untuk melanjutkan pembangunan di Indonesia pada waktu yang akan datang.
"Oleh karena itu penting untuk terus dikawal agar tidak jatuh dalam masalah dan dapat menyelesaikan studinya,"kata Marwan.
Kolonel Infanteri Budi Wibowo menyampaikan bahwa salah satu bentuk bela negara mahasiswa dapat diaktualisasikan dengan prestasi di tempat pendidikan masing-masing, menyelesaikan studinya dengan waktu yang cepat dan hasil yang membanggakan.
“Bela negara tidak dimaknai hanya dengan siap sedia menghadapi musuh negara, namun dapat diimplementasikan di bidang masing-masing, seperti berprestasi dalam pendidikannya, ini yang harus menjadi motivasi,“ kata Budi.
Pada kesempatan yang sama, pejabat KBRI juga menyambut baik terbentuknya kepengurusan baru PPI di Dresden dan Rostock. Pembentukan PPI baru tersebut ditandai dengan penandatanganan berita acara dan perkenalan pengurus baru kepada audiens.
Acara ditutup dengan foto bersama dan pembagian Koja Baduy dari Atase Kepolisian, produk budaya berupa tas yang dibuat dari akar kayu oleh Suku Baduy di Banten. “Mari perkenalkan budaya lokal di Banten ke komunitas internasional di tempat studi masing-masing, sehingga semakin banyak orang mengenal budaya Indonesia,“ ujar Shinto Silitonga.
Pilihan Editor: Lemhanas Usul Pembentukan Angkatan Keempat: Angkatan Siber
AYU CIPTA