TEMPO.CO, Jakarta - Sudah 3,5 tahun berlalu, perburuan calon legislatif Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Harun Masiku tak kunjung menemukan titik temu. Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Inspektur Jenderal Krishna Murti menyatakan Harun Masiku selama ini bersembunyi di Indonesia. “Data perlintasan terahir, dugaan kami, dia bersembunyi di dalam tidak seperti rumor yang mengatakan dia di luar negeri,” kata Krishna Murti saat ditemui di Gedung Merah Putih KPK pada Senin, 7 Agustus 2023.
Harun Masiku berstatus buron setelah lolos dari operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi pada Rabu, 8 Januari 2020. Dalam operasi senyap itu, KPK mencokok Wahyu Setiawan yang diduga menerima suap Rp 600 juta dari kesepakatan Rp 900 juta. Diberikan melalui orang dekatnya, Agustiani Tio Fridelina Sitorus, duit itu diduga untuk meloloskan Harun Masiku sebagai anggota DPR terpilih melalui mekanisme pergantian antarwaktu di KPU.
Saat itu, KPK justru meyakini Harun Masiku berada di Singapura pada saat OTT. “Informasi dari humas Imigrasi kan sudah jelas bahwa berdasarkan data lalu lintas orang, dia ada di Singapura per 6 januari,” ujar juru bicara KPK Ali Fikri. KPK bahkan mengirim permohonan pencegahan Harun Masiku bepergian ke luar negeri kepada Direktorat Jenderal Imigrasi sehari sebelum penggeledahan di apartemen Thamrin Residence.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Imigrasi saat itu Arvin Gumilang mengatakan Harun Masiku belum tercatat Kembali ke Tanah Air. Begitu pula Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusian Yasonna Hamonangan Laoly ngotot menyatakan Harun Masiku masih di luar negeri. “Pokoknya belum di Indonesia,” kata politikus PDIP itu pada Kamis, 16 Januari 2020.
Penelusuran Tempo kala itu menunjukkan Harun Masiku memang melancong ke Singapura pada Senin, 6 Januari 2020. Harun Masiku memesan tiga tiket pesawat Garuda Indonesia untuk penerbangan berbeda pada hari yang sama, yakni GA 824, GA 830, dan GA 832. Dia akhirnya melenggang dengan GA 832 dan duduk di kursi 6K, yang berangkat pukul 11.30 dan tiba pukul 14.20 waktu Singapura. Tapi Harun Masiku hanya satu hari di Negeri Singa.
Pada Selasa, 7 Januari 2020, Harun Masiku memesan tiket Lion Air JT 155 dan Batik Air ID 7156. Dalam penerbangan Lion Air, status Harun “no show” atau tidak berada di pesawat. Harun Masiku memilih naik Batik Air dan duduk di kursi kelas bisnis nomor 3C. Pesawat itu bertolak dari Terminal 1 Bandar Udara Internasional Changi pukul 16.35 dan tiba di Terminal Bandara Soekarno-Hatta pukul 17.03. Kedatangan Harun Masiku di Soekarno-Hatta pun terekam kamera pengawas (CCTV) yang salinannya diperoleh Tempo.
Mengenakan kaus lengan panjang biru tua serta celana dan sepatu sport hitam, Harun Masiku terlihat menenteng tas seukuran laptop dan kantung belanja. Beberapa belas menit kemudian, seorang pria berseragam menghampirinya. Laki-laki itu terus menemani Harun Masiku melintasi pos pemeriksaan Imigrasi hingga Bea dan Cukai.
Keluar dari area kedatangan, Harun Masiku menaiki taksi Silver Bird Toyota Alphard. Sebelum Harun Masiku masuk ke dalam mobil, petugas berpakaian Lion Air –satu grup dengan Batik Air—datang mendorong troli berisi koper, lalu memasukkannya ke dalam taksi. Membuka jendela Harun Masiku kemudian melambaikan tangan kepada pria berseragam itu.
Harun Masiku diduga menuju apartemen Thamrin Residence. Kedatangannya dibenarkan oleh seorang pegawai yang ditemui Tempo. Sebelum pulang, pegawai ini melihat Harun Masiku berada di lobi apartemen. Ditunjukkan foto Harun Masiku, si pegawai pun membenarkannya. “Saya pasti ingat dia. Harun pernah komplain karena mobilnya baret-baret,” ujarnya. Harun beberapa bulan lalu mulai tinggal di apartemen itu. Si pegawai pernah menyampaikan permintaan agar Harun segera membayar tunggakan tagihan listrik.
Keesokan paginya, Rabu, 8 Januari 2020, pegawai itu melihat Harun Masiku keluar dari lift sambil menggeret satu koper. Menurut dia, Harun Masiku kemudian naik sebuah mobil berjenis mpv. Pagi itu, Harun Masiku tak menggunakan mobil Toyota Camry-nya dengan pelat nomor B-8351-WB yang terparkir di lantai P3. Mobil tersebut juga tercatat atas nama seorang perempuan karyawan swasta yang berdomisili di Jakarta Utara.
Jejak Harun Masiku sempat terpantau oleh tim penindakan KPK saat magrib. Mengenakan kemeja merah lengan panjang, menurut seorang saksi mata, Harun Masiku terlihat di depan Grand Café lantai 3 Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat. Sekitar setengah jam kemudian, Harun Masiku merapat ke sebuah stasiun bahan bakar umum di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, untuk bertemu dengan Nurhasan, penjaga kantor Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
Harun Masiku saat di Hotel Grand Hyatt Jakarta pada 8 Januari 2020. Tempo/Istimewa
Sebelumnya, Nurhasan menghubungi Harun untuk menyampaikan instruksi yang diduga berasal dari Hasto, agar semua telepon seluler Harun Masiku direndam dalam air. Sekitar enam jam sebelumnya, KPK mencokok anggota KPU Wahyu Setiawan dan orang dekatnya, Agustiani Tio Fridelina Sitorus. KPK juga menciduk enam orang lainnya.
Sejak saat itu, Harun Masiku terus bersembunyi. Sempat ada yang bilang Harun Masiku di Kamboja. Namun tak jarang pula yang menyebut Harun di Indonesia.
LINDA TRIANITA, AKHMAD RIYADH (MAGANG)
Pilihan Editor: Camry Berpelat Nomor Ganda