INFO NASIONAL – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mengembangkan industri mold, dies, jig and fixture atau industri tools. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035.
Industri tools merupakan salah satu industri strategis yang sangat penting bagi perekonomian nasional maupun dunia. Hampir seluruh proses produksi di industri manufaktur, seperti industri otomotif, elektronika, makanan dan minuman, dan sebagainya membutuhkan tools. Sektor ini merupakan bagian dari industri mesin dan peralatan dalam sektor industri barang modal, komponen, bahan penolong, dan jasa industri.
Segmen industri otomotif, baik itu industri perakitan kendaraan bermotor maupun industri komponen kendaraan bermotor, dapat dikatakan sebagai pasar terbesar dari produk mold, dies, jig, dan fixture, terutama di negara-negara yang menjadi basis produksi otomotif dengan struktur kandungan lokal yang relatif tinggi.
Asosiasi Industri Mold and Dies Indonesia (IMDIA) bekerja sama Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia (ASIMPI) memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan supply kebutuhan untuk industri pengguna mold and dies baik untuk sektor otomotif, elektronik, industri makanan, industri minuman, dan industri pengguna lainnya.
Untuk produk mold penggunaan terbesar ada di otomotif mencapai 41 persen, 16 persen untuk elektronik, dan sisanya banyak digunakan untuk mendukung perlengkapan rumah tangga, packaging, dll. Sedangkan untuk segmen industri dies juga didominasi untuk otomotif sebesar 64 persen, sisanya untuk konstruksi, pertanian, perlengkapan rumah tangga.
Tantangan dalam mensupply kebutuhan dalam negeri antara lain dalam mengejar demand serta mencapai high precission mold, die and casting. Selain itu, berdasarkan data report dari JETRO, persaingan industri mold and dies Asia saat ini masih diduduki oleh China, sedangkan Indonesia menduduki urutan terendah setelah Malaysia (2020). Yang membuat Indonesia masih kurang kompetitif dikarenakan tingkat teknologi yang masih rendah serta delivery time yang masih belum terkelola dengan baik.
Meskipun memiliki tingkat teknologi yang masih rendah, pengembangan SDM yang dapat mendukung berkembangnya industri mold and dies di Indonesia tetap dilakukan. Kemenperin bahkan bekerja sama dengan Yayasan Matshusita Gobel untuk memfasilitasi industri khususnya dalam hal SDM sejak tahun 2022.
Di tahun ini, Kemenperin telah meresmikan High Tech Mold and Dies Centre di sekitar Kawasan Panasonic Gobel. Melalui sarana ini disediakan SDM yang berkualitas dengan harapan tingkat kesulitan dalam pembuatan mold and dies dapat berkurang tiap periodenya.
Target SDM yang akan dilatih untuk mold and dies selama 5 tahun ke depan diharapkan mencapai 6.500 orang mulai dari tingkat basic sampai tingkat excellent. Hingga saat ini, telah dilatih kurang lebih 5.000 orang yang berasal dari anggota IMDIA. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi industri di luar IMDIA dapat bergabung dalam program tersebut
Pelatihan yang disiapkan untuk calon SDM mulai dari pembuatan desain, manufacturing, sampai ke arah maintenance. Selain itu, SDM juga akan dibekali dengan pengetahuan menganalisa system desain, drawing, mold flow, serta casting flow.
SDM yang dilatih akan diperkenalkan dengan perubahan teknologi ke arah modern untuk membuat proses produksi menjadi efisien dan berkualitas sehingga pada saat SDM tersebut kembali ke perusahaannya dapat membantu memecahkan permasalahan terutama dalam proses produksi. Diharapkan berkat kegiatan ini, produksi mold and dies lokal dapat meningkat serapannya baik untuk otomotif, elektronik, ataupun barang konsumsi lainnya. (*)