TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pelaku begal bernama Bima Bastian alias Jarot tewas ditembak anggota Polrestabes Medan pada Senin, 3 Juli 2023. Wali Kota Medan, Sumatera Utara, Bobby Nasution mengapresiasi langkah tegas dari pihak kepolisian tersebut.
Belakangan, pernyataan menantu Jokowi ini langsung menuai kontroversi. Berikut fakta-faktanya:
1. Jarot ditembak karena melawan
Kapolrestabes Medan, Komisaris Besar Valentino Alfa Tatareda menerangkan, peristiwa terjadi ketika polisi berupaya menangkap enam perampok yang beraksi di Dear Beauty Salon di Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. Dalam peristiwa itu, seorang pelaku bernama Bima Bastian alias Jarot melawan. Sehingga anggotanya harus mengambil langkah tembak di tempat.
“Satu di antara pelaku ditembak mati bernama Bima Bastian alias Jarot karena melawan saat diamankan,” kata Valentino.
2. Bobby Nasution apresiasi tindakan anggota Polrestabes Medan
Bobby Nasution mengapresiasi langkah kepolisian menindak tegas terhadap pelaku begal. Apresiasi menantu Jokowi itu disampaikan melalui akun Twitter miliknya @bobbynasution, Senin, 10 Juli 2023. “Saya baru saja mendapatkan informasi bahwa Kapolrestabes Medan beserta jajarannya telah berhasil menembak mati salah satu pelaku begal sadis yang sangat meresahkan,” cuit Bobby, seperti dilihat Tempo, Selasa, 11 Juli 2023.
3. Alasan Bobby apresiasi polisi tembak mati begal
Bobby mengungkapkan alasannya mengapresiasi polisi yang menembak mati begal. Menurutnya, begal dan pelaku kejahatan sangat mengganggu ketenangan dan keamanan masyarakat Kota Medan. “Hal ini sangat kami apresiasi, karena begal dan pelaku kejahatan tidak punya tempat di Kota Medan karena sangat mengganggu ketenangan dan keamanan masyarakat,” lanjut Bobby melalui cuitannya.
4. Bobby dikecam LBH Medan dan KontaS Sumut
Apresiasi Bobby terhadap tindakan tegas kepada pelaku begal menuai kritikan dari sejumlah pihak. Beberapa di antaranya yaitu Lembaga Bantuan Hukum atau LBH Medan dan Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan atau Kontras Sumatera Utara. Koordinator Kontras Sumut Rahmat Muhammad mengatakan, pernyataan Bobby serupa dengan penegakan hukum yang serampangan atau pembunuhan di luar hukum (extrajudicial killing).
“Pernyataan Bobby seolah kalap dengan banyaknya tindak kejahatan yang terjadi di Kota Medan,” kata Rahmat dalam keterangannya, Rabu, 12 Juli 2023.
5. Tanggapan Bobby setelah dikritik
Bobby menanggapi kritik itu dengan seloroh santai. “Tanggapannya untuk LBH sama apa (KontraS), oh iya. Saya mewakili para begal, terima kasih untuk LBH,” ujar Bobby dalam keterangannya, Rabu, 12 Juli 2023. “Ya coba tanya masyarakatnya aja, lihat kondisinya. Saya rasa dengan korban-korban yang sudah banyak di Kota Medan, perlu nggak perlunya, coba tanya masyarakat,” kata Bobby.
6. Polda Sumut sebut kasus tembak mati terhadap Jarot bukan extrajudicial killing
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumut Komisaris Besar Hadi Wahyudi menyatakan peristiwa penembakan terhadap salah seorang perampok di Medan, Senin pekan lalu sesuai prosedur. Menurut dia, pelaku yang bernama Bima Bastian alias Jarot mencoba menembak anggota polisi terlebih dahulu.
“Tersangka bernama Bima Bastian alias Jarot melawan dan menembak anggota saat ditangkap memakai airsofgun dan melukai anggota kita. Karena mengancam keselamatan dan jiwa petugas tentu ditembak mati,” kata Hadi Wahyudi kepada Tempo, Selasa 11 Juli 2023.
7. Kompolnas: Seharusnya melumpuhkan, bukan mematikan
Tak seperti Wali Kota Medan, Bobby Nasution, yang mengapresiasi tindakan polisi itu, Kompolnas justru mengingatkan agar polisi tidak boleh sewenang-wenang dalam menggunakan senjata api.
Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti, mengatakan penggunaan senjata api telah diatur dalam Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan dan Perkap Nomor 8 Tahun 2009 Tentang HAM
“Tembakan polisi dalam menangani penjahat seharusnya melumpuhkan, bukan mematikan,” kata Poengky kepada Tempo, Selasa, 11 Juli 2023.
Pilihan Editor: Bobby Nasution Apresiasi Polisi Tembak Mati Perampok, Kompolnas: Harusnya Melumpuhkan, Bukan Mematikan