TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Effendi Simbolon memberikan klarifikasi ihwal dukungan kepada Prabowo Subianto di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, hari ini. Di sana, Effendi menghadap Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun.
Dalam proses klarifikasi, Komarudin mengaku memberikan peringatan kepada Effendi Simbolon bahwa kader partai tidak bisa serta-merta bebas melakukan apa pun. Kendati diperingatkan demikian, Komarudin menyebut Effendi Simbolon tidak menunjukkan gelagat marah kepadanya.
“Saya warning di dalam ketika kau menjadi anggota partai, maka seluruh kebebasanmu diatur oleh partai. Tidak bisa lagi sebebas-bebasnya. Kalau mau bebas jangan di partai,” kata Komarudin di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Senin, 10 Juli 2023.
Effendi Simbolon, seorang politisi yang dikenal dalam dunia politik Indonesia, telah dipanggil Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP setelah mengundang kontroversi dengan pernyataan kontroversial yang dia buat.
Panggilan tersebut terkait anggapan keberpihakan Effendi terhadap Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), sementara PDIP telah mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024.
Berikut profil dari Effendi Simbolon dan kontroversi yang pernah melibatkan dirinya selama ini.
Profil Effendi Simbolon
Melansir laman DPR RI, disebutkan bahwa pria bernama lengkap Effendi Muara Sakti Simbolon, seorang politikus yang lahir pada 1 Desember 1964 di Banjarmasin, telah menorehkan perjalanan karier yang cemerlang dalam dunia politik.
Effendi telah mendedikasikan dirinya untuk mewakili suara rakyat melalui kursi yang dipegangnya di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) sejak tahun 2004.
Riwayat pendidikan Effendi dimulai dari pendidikan dasar hingga menengah. Ia bersekolah di SD Negeri Cenderawasih, SMP Negeri 41, dan SMA Negeri 3 Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Effendi melanjutkan studi di Universitas Jayabaya dengan jurusan Manajemen Perusahaan.
Setelah meraih gelar Doktorandus dalam Manajemen Perusahaan, ia melanjutkan studi S2 Ilmu Politik di Universitas Padjadjaran dan meraih gelar Magister Ilmu Politik. Effendi juga melanjutkan studi S3 di bidang Hubungan Internasional di universitas yang sama dan berhasil meraih gelar Doktor.
Karier politik Effendi dimulai pada tahun 2004 ketika ia pertama kali terpilih sebagai anggota DPR-RI. Sejak itu, dalam setiap pemilihan umum, ia berhasil mempertahankan kursinya di Senayan.
Effendi memiliki keahlian dan pengalaman dalam dunia bisnis sebelum terjun ke politik. Ia pernah menjabat sebagai Asisten Direktur Djajanti Group, Wakil Presiden Direktur PT Sinar Alam Lestari, dan juga menjadi konsultan bagi PT Pupuk Kaltim.
Effendi tidak hanya aktif di bidang politik, tetapi juga terlibat dalam berbagai organisasi dan komunitas. Ia pernah menjadi Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Jakarta, yang memiliki anggota dari berbagai kalangan. Selain itu, Effendi pernah diusulkan menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk periode 2010-2015.
Dalam kiprahnya di DPR-RI, Effendi telah mengemban peran penting dalam berbagai komisi. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VII yang fokus pada bidang Energi Sumber Daya Mineral, Riset, Teknologi, dan Lingkungan Hidup hingga tahun 2013. Sejak 2019, ia menjabat sebagai anggota Komisi I DPR-RI.
Sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Sumber Daya dan Dana PDIP, Effendi memainkan peran penting dalam partai tersebut. Ia juga merupakan salah satu penggagas terbentuknya Pusat Punguan Simbolon Dohot Boruna se-Indonesia (PSBI), sebuah perkumpulan bagi marga Simbolon, di mana Effendi menjabat sebagai Ketua Umum.
Dilansir dari p2k.stekom.ac.id, dalam perjalanan karirnya, Effendi juga memiliki pengalaman sebagai calon gubernur Sumatera Utara pada tahun 2013. Meskipun tidak berhasil meraih posisi tersebut, keberhasilannya dalam mempertahankan kursi di DPR-RI dan kontribusinya dalam berbagai komisi menegaskan kualitasnya sebagai seorang politikus yang berpengalaman.
Kontroversi yang pernah terjadi
Salah satu kontroversi yang paling terkenal melibatkan pernyataan kontroversial Effendi terkait Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada suatu kesempatan, Effendi dianggap telah menyatakan pernyataan yang merendahkan TNI.
Pernyataan Effendi Simbolon yang menyebut TNI seperti gerombolan organisasi masyarakat (ormas) disampaikan dalam acara Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan Kementerian Pertahanan dan TNI di Senayan, Jakarta, Senin, 5 September 2022.
Dalam rapat itu, kader PDI Perjuangan itu mempertanyakan ketidakhadiran Dudung di rapat dan mengatakan bahwa ada disharmoni hubungan antara Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan Dudung. Dia bahkan mengatakan sikap TNI melebihi ormas dan menggunakan kata gerombolan. "Jadi tidak ada kepatuhan," kata Effendi.
Pernyataan tersebut memicu protes keras dari sejumlah pihak, termasuk dari kalangan veteran dan masyarakat umum yang mendukung peran TNI dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara. Pernyataan ini menjadi perhatian publik dan memicu polemik yang berkepanjangan.
Dan, setelah mendapat sorotan publik, bahkan ada prajurit TNI yang marah dan akan mencarinya, termasuk KASAD Dudung Abdurachman yang bersuara keras untuk soal ini. Pada 14 September 2022, Effendi meminta maaf kepada TNI atas ucapannya menyebut TNI kayak gerombolan dan ormas.
Selain kontroversi terkait pernyataan tentang TNI, Effendi juga terlibat dalam kontroversi politik yang melibatkan dukungan terhadap Prabowo Subianto. Prabowo, yang merupakan salah satu calon presiden dalam pemilihan presiden, mendapatkan dukungan dari Effendi.
Pernyataan Effendi Simbolon dilontarkan dalam forum rapat kerja nasional PSBI pada Jumat, 7 Juli 2023 lalu. Ia menilai Prabowo adalah sosok yang pantas memimpin bangsa menggantikan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Secara personal, Effendi berharap Indonesia dipimpin oleh nahkoda yang handal, sehingga kondisi porak-poranda bisa dihindari. “Tadi saya kira kita bisa membacalah, secara jujur, objektif, saya melihat itu ada di Pak Prabowo,” katanya.
Kendati demikian, Effendi Simbolon menegaskan bahwa ia kader PDIP sehingga sudah menjadi tanggung jawab politiknya untuk menjagokan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai capres. “Ya saya kader partai, tetapi sekaligus saya punya tanggung jawab moral, punya tanggung jawab politik,” kata dia.
M RAFI AZHARI I IMA DINI SHAFIRA
Pilihan Editor: Effendi Simbolon yang Sebut TNI Seperti Gerombolan Ormas, Ini Rekam Jejaknya