INFO NASIONAL – Massa berkelompok di luar Stadion Gelora Bung Karno pada Sabtu, 24 Juni 2023. Mereka mengikuti aba-aba dari megafon. “Tanggamus berkumpul,” teriak ketua kelompok. Di dekat kelompok itu, ada rombongan lain yang juga patuh mengikuti pemimpinnya. Ada yang dari Cimahi, Solo, Gresik, dan banyak lagi.
Di dalam stadion berkapasitas 78 ribu kepala, nyaris seluruh tempat duduk penuh. Mereka penuh semangat menjawab ajakan Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, untuk menjaga semangat Presiden Pertama Sukarno dalam merawat persatuan Indonesia.
“Kita mencitaka-citakan Indonesia adalah negara yang bukan hanya untuk satu golongan, suku, atau agama. Tetapi untuk semua anak bangsa,” ucap Puan. “Apakah kalian siap?”
Seketika, puluhan ribu kader PDI Perjuangan menjawab serempak, “Siap!”
Pertemuan akbar di GBK ini, kata Puan, sebagai puncak Peringatan Bulan Bung Karno yang diperingati setiap Juni. Tahun ini tema yang diusung adalah “Kepalkan Tangan Persatuan untuk Indonesia Raya”.
Juni adalah bulan yang mencatat berbagai sejarah tentang Sang Proklamator. Dilahirkan pada 6 Juni 1901, kemudian wafat pada 21 Juni 1970. “Sampai akhir hayat, Bung Karno telah memberikan segala sesuatunya untuk negara ini. Sebelum wafat, beliau sempat mengatakan, ‘Kebahagiaanku adalah mengabdi pada Tuhan dan pada bangsa ini’,” kata Puan.
Sementara itu, ibunda Puan, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang tampil berikutnya, kembali mengingatkan seluruh hadirin pentingnya belajar dan paham tentang hasil renungan mendalam Bung Karno, yang akhirnya mewujud menjadi ideologi bangsa, Pancasila. “Semua kader PDI Perjuangan harus belajar Pancasila,” ujarnya.
Memaknai Pancasila, seyogyanya bukan sekadar menghapal setiap sila. Melainkan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, lalu menggunakannya dalam membangun bangsa ini.
Seluruh kader PDI Perjuangan, Megawati melanjutkan, wajib memahami arti di balik Marheinisme. “Kalian harus selalu ingat sejarah, Jasmerah. Bagi Bung Karno, dedication of love bukan hanya slogan. Dedikasinya ini akhirnya diakui dunia sebagai sosok pembebas dengan konsep dari petani bernama Marhein, yang sering diplesetkan sebagai komunis, padahal Marhein itu bapak petani,” tuturnya.
Marhein, Megawati menjelaskan, adalah sosok petani nyata yang ditemui Sukarno ketika masih berkuliah di Bandung. Dalam dialog dengan petani Marhein tersebut, Sukarno akhirnya memahami bahwa bangsa ini milik rakyat, akar rumput, yang ingin menikmati kenyaman, keamanan, dan keadilan sehingga bisa menjalani hidup dengan tenang. Tugas para pemimpin adalah memastikan mimpi tersebut terwujud.
“Di tangan Bung Karno, keberpihakan harus selalu ada untuk akar rumput. Kita harus ingat perintah konstitusi bahwa anak-anak miskin dan telantar akan dipelihara negara. Itu yang harus jadi pegangan kita, agar kita kembali meraih kemenangan,” kata Megawati.
Semangat Marhein ini, menurut Megawati dan Puan, berhasil diejawantahkan oleh Presiden Joko Widodo. “Dia adalah kader terbaik partai,” kata Puan. Selama pemerintahan Jokowi, Indonesia mendapat pengakuan dunia sebagai negara yang patut diperhitungkan. Sama seperti yang diperjuangkan Bung Karno melalui Konferensi Asia-Afrika, Ganefo, maupun pidatonya di Sidang Umum PBB “To Build the World A New” yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Memory of the World.
“Jadi, apa yang kita lakukan saat ini, apa yang dilakukan pemerintah, sedang meneruskan langkah besar dan gagasan besar Bung Karno,” ujar Jokowi saat gilirannya berpidato.
“Bung Karno telah memberi arah perjuangan kita. Jadilah mercu suar, jadilah negara yang besar. Kita harus segera meraih Indonesia yang adil dan makmur, bersatu. Jadi, jangan gontok-gontokan, jangan terpecah. Setop semua itu.”
Jokowi yang segera mengakhiri masa baktinya di 2024, juga menyatakan kepada seluruh kader PDI Perjuangan kini saatnya Capres Ganjar Pranowo. “Saya titip untuk semua,” kata dia. (*)